Pic by me |
Well, album ini bukanlah sebuah
album yang aman dikonsumsi bagi Slankers yang mengharapkan lagu-lagu Slank
dengan aransemen yang slengean, santai, dan low
tempo seperti di kebanyakan album Slank lainnya. Mereka harus kecewa dan
menerima kenyataan bahwa album ke 22 Slank ini sangatlah berat dalam aransemen.
Berat dalam beat. Menurut pribadi, ini adalah album paling rock dan berdistorsi sepanjang Slank berdiri.
Bayangkan, dari 12 track yang ada, kita akan diajak untuk
terbiasa dengan sound gitar yang
tebal dari Ridho. Selama berurutan, tujuh lagu pertama akan membuat kita
menyelami riff-riff dan liarnya jari
Ridho dalam bermain gitar. Barulah di track
ke-8 (Slanky Honey), kita bisa agak tenang karena kadar distorsi agak sedikit
berkurang. Kemudian di track 9
(Terlalu Pahit), kita baru bisa menemukan lagu Slank dengan formula ballad
seperti di lagu-lagu Ku Tak Bisa, #1, atau Terakhir. Hanya di lagu Terlalu Pahit
kita bisa santai sejenak dengan resiko ketagihan karena lagu ini sangat amazing as hell bagi pribadi. Sialnya,
oase kesejukan itu sangatlah kuat. Dengan lagu seperti ini kita masih bisa
berharap bahwa Slank masih bisa bersaing dengan musisi-musisi lainnya.
Typography by Kaka |
Say thanks Kaka and Ridho |
Say thanks Bimbim and Ivanka |
Kita coba masuk ke
dalam amunisi yang ada pada album ini.
Pertama adalah Palalopeyank. Rasanya agak jarang Slank
menaruh lagu pertama yang merupakan judul lagu dari judul album tersebut. Jika
dilihat dari statistik, maka hanya album Suit
Suit.. He He (1991), Slank Nggak Ada
Matinya (2013), dan Palalopeyank (2017) saja yang menaruh track pertama dengan lagu yang menjadi
judul album. Sound gitar di lagu ini
begitu tebal (begitu juga di lagu-lagu lainnya). Dan adanya suara sirine
sebagai latar menjadi gambaran suasana panic
yang sedang dihadapi. ‘Generasi gadget/Risetnya
di Google/Di-share..’ menjadi gambaran dari potret kehidupan di negara kita
yang dengan mudahnya membagikan artikel-artikel kebencian maupun hoax pada
media sosial yang isinya belum bisa diketahui kebenarannya.
Track kedua, Nge-Rock. Sesuai judulnya, lagu ini
memang ngerock. Kata ngeRock ini menjadi luas maknanya karena dalam liriknya
Slank menyerukan dukungan perjuangan kepada para penegak hukum dalam memberantas
koruptor, memberantas kelompok-kelompok intoleran, dan dukungan kepada para
aktivis yang masih berjuang dalam menjaga dan melindungi alam cantik Indonesia.
Para penegak hukum, dan para aktivis itu harus tetap ngerock dalam menjalankan
fungsinya. Perubahan tempo pada solo gitar cukup membuat kejutan dan jika saja
dibuat clipnya, terbayang keindahan
alam Indonesia yang cocok untuk menjadi latar belakang video clip.
Orang Merdeka, mungkin lagu ini
dilatarbelakangi bahwa banyaknya kemerdekaan yang terkekang (‘Mau bikin ini/Mau
bikin itu/Banyak sensor-sensoran. Mau buat ini/Mau buat itu/Banyak
pemberangusan’). Lagu ini seolah menjadi statement
bahwa Slank merupakan orang merdeka.
Pengaruh Angus Young dan AC/DC begitu kuat di lagu Rock ‘n Roll Terus. Bahkan karakter
suara Kaka juga terasa sekali dipengaruhi AC/DC. Jika ingin jujur, sedikit ada
rasa You Shook Me All That Night pada
lagu ini. Saya tak sabar mendengarkan lagu ini dalam versi live dengan mata kepala sendiri. Dari liriknya sudah jelas bahwa spirit rock n roll harus terus dijalani.
Rock (batu) dan roll (berguling), punya keinginan/niat yang kuat dan gigih layaknya
batu dan harus menggulingkan niat kita itu untuk terus maju. Kuat dan gerak.
Hutan Karma dibuat
di Pekanbaru, Riau pada 2016. Daerah ini adalah daerah yang terkenal dengan kabut
asap karena pembakaran hutan. Melalui lagu ini, Slank menggambarkan bagaimana
bencana bisa terjadi yang mempengaruhi makhluk hidup dan bencana lainnya yang
menyusul. Sebuah sindiran kepada pengembang yang ironinya mengusung konsep go green di perkotaan namun di daerah
malah membabat hutan. Maaf kang Soleh Solihun, kata-katanya aku pakai. Piss.
Lagi-lagi Bali
menjadi tempat favorit yang dipakai oleh Slank untuk mengeluarkan ide kreatif
mereka. Setelah pada 1992 lagu Bali Bagus berkumandang, Poppies Lane Memories di album Tujuh (1997), Restart Hati (2016),
kali ini Party di Bali menjadi lagu yang menambah panjang list lagu yang berkaitan dengan Bali. Tapi biarpun begitu, lagu
Party di Bali ini sangat keras dibanding 3 lagu lainnya, sekeras arak Bali. Dan
yang lebih menguatkan lagu ini bernuansa Bali adalah adanya suara nyanyian yang
biasa ada pada tarian Kecak. Kritik sosial dimasukkan ke dalam lirik ketika
Slank berkata ‘Gak perlu mewah-mewah/Gak perlu diuruk-uruk/Gak perlu
canggih-canggih/Gak perlu digali/ Karena kami hanya ingin party di Bali’ yang
menyatakan sikap Slank untuk menolak rencana reklamasi Telok Benoa yang menjadi
isu besar di Bali sana.
Tampiasi, apa itu?
Entah. Yang jelas dalam bahasa Sasak, kata itu memiliki arti ‘terima
kasih’. Cukup masuk akal mengingat lagu
ini diciptakan di Tanjung Aan, Lombok. Sebuah potret sosial kehidupan rakyat
kecil yang akrab kita temui di surat kabar. Dari kemiskinan yang melanda Udin
dan Asih sehingga membuat Asih menjadi TKW dan sialnya Udin malah menggoda tetangga.
Anyway riff gitar lagu ini rasanya terpengaruh Pretty Woman.
Pada credit page bagian Bimbim, beliau
mengucapkan ‘Thx to Lady SLV’ yang melatarbelakangi terciptanya lagu ini.
Siapapun itu, rasanya saya jadi teringat cerita tentang Jinna. Bedanya, karakter
si Slanky Honey ini memang lebih mandiri dibanding Jinna. Terasa ada pengaruh
lagu Keep The Faith-nya Bon Jovi ketika lirik yang repetitif
menjelang akhir lagu saat backing vocal
berkata ‘Tinggalin pacarmu’.
Terlalu Pahit. Inilah track ballad di album ini. Hebatnya, track ini menjadi peluru yang ampuh dan
kuat untuk diperhatikan. Judulnya yang sedikit konfrontatif (mengingat Slank
memiliki hits berjudul Terlalu Manis)
membuat kita bertanya-tanya akan seperti apa lagunya. Dan ya, ini lagu paling
teduh di album ini. Reff-nya kuat,
solonya melodius dan membius, dan suara Wizzy
yang menjadi featuring di lagu ini
muncul di saat yang tepat dan memberikan kejutan. Teriakan dan kegelisahan Kaka
menjelang reff pasca melodi adalah
sesuatu yang terasa amat personal. Penjiwaan yang kuat. After taste setelah mendengar lagu ini adalah sebuah adiktifitas
yang melanda dan membuat kita ingin mendengarnya berkali-kali.
Santai Blues. Salah satu lagu
yang cukup lemah. Faktor ketiadaan Abdee yang lebih ngeblues membuat lagu ini
seakan dipaksakan. Serba nanggung. Ketika built
up terbangun, imajinasi membawa kita untuk menantikan apa yang akan terjadi
ke depannya. Ternyata hanya berakhir seperti itu. Tidak ada solo gitar maupun
reff yang kuat atau berkesan membuat lagu ini sama dengan liriknya ‘Pada kurang
ngeblues’. Tak ada klimaks, hanya foreplay.
Bimbim sudah
membuat lagu untuk keluarganya, dimulai dengan Indonesiakan Una (Plur, 2004),
Me & Reny (Slow But Sure, 2007), dan Tallulah Alami (Restart Hati, 2015), maka
si kecil Mao haruslah masuk ke dalam album. Judulnya adalah Maomettano Luke Almachzumi. Namun
rasanya Bimbim setengah hati dalam membuatkan lagu untuk si kecil Mao. Karena
tidak ada lirik yang berarti dari lagu ini. Hanya mengucapkan namanya saja. Kemampuan
Bimbim dalam menulis lirik lagu terasa sia-sia jika mendengar lirik di lagu ini
yang hanya terdiri dari 3 kata. Ataukah ini ada hubungannya dengan nuansa
psychedelic di akhir lagu?
Menolak
Tua menjadi penutup di album ini. Mungkin Bimbim terinspirasi dengan film
dokumenter dan lagu dari Seringai yang berjudul Generasi Menolak Tua. Saya (dan
mungkin juga Anda) percaya bahwa selama kita memiliki spirit rock ‘n roll, kita tidak akan merasa tua. Mick Jagger sudah
lebih dari 70 tahun namun masih bisa bernyanyi dan tour dunia. Salah satu bukti
bahwa rock ‘n roll akan membuat kita
selalu muda. Dan Slank tahu itu. Maka Slank menolak untuk menjadi tua dengan
menggadaikan jalan hidup dan musik rock
‘n roll yang selama ini mereka jalani. Hal itu bisa terbukti dengan usia
yang terus bertambah dan masih solid. Hebatnya, bertambahnya usia itu dibarengi
dengan bertambahnya karya baru dan penghargaan yang diraih.
Cerita Dibalik Cover
Satu hal lain yang
menarik dari album ini adalah cover-nya.
Mengambil gambar Mao dan beberapa alat musik dan memorabilia yang terpajang
secara random. Photo ini dipotret
oleh Ridho. Ketika saya tanyakan kenapa cover-nya
harus seperti itu (di Instagram-nya Ridho), Ridho menjawab bahwa selama Slank
berdiri banyak yang menjadi pengaruhnya. Nah pengaruh-pengaruh itulah yang
ingin ditularkan kepada generasi di bawahnya. Makanya ada rilisan fisik dari The Rolling Stones, Radiohead, U2, Metallica, Pearl Jam,
Nirvana, The Doors, dan beberapa action
figure seperti Slash, Kiss, Eric
Clapton,Angus Young, dan beberapa alat musik yang pernah dipakai Slank seperti
Marshall JCM 2000 dan JCM 900, ampli Laney, Peavey 5150 yang legendaris, gitar
Gibson Les Paul, Flying V, Kramer, dan telecaster serta stratocaster. Di
belakangnya banyak terdapat part-part pada drum dan ada microphone Shure Super
50 classic dengan 5 pick guitar warna putih milik para personil Slank yang
berjejer rapih pada stand mic. Di bawahnya terdapat rilisan Slank. Dari album
pertama sampai yang terakhir. Dari kaset dan juga CD.
Pic by me |
Pic by me |
Ketiadaan Abdee
Di cover bagian
belakang dikatakan bahwa album ini didedikasikan untuk Abdee, gitaris yang
telah melakukan cuti akibat kesehatannya yang terganggu dan sedang dalam masa
penyembuhan. Abdee tidak ikut bermain di album ini, sehingga Ridho menjadi
gitaris tunggal seperti yang sering ia lakukan saat Slank konser.
Ketidakhadiran Abdee membuat Ridho bisa lebih mengeksplorasi kemampuannya dalam
bermain gitar. Namun, ketidakhadiran Abdee pun membuat rasanya ada yang kurang.
Entah itu karena tidak adanya slide-slide gitar dari Abdee ataupun kurangnya
unsur blues. Untungnya Ridho adalah gitaris berbakat sehingga absennya Abdee
bisa kita maklumi karena Ridho bermain sangat baik di album ini.
Credit: KapanLagi |
Ternyata Slank
formasi 14 (formasi sekarang), sudah berusia 20 tahun. Sebuah pencapaian yang
patut diacungi jempol karena ini adalah formasi paling lama seberapapun
orang-orang mengatakan bahwa Slank itu adalah era album 1-5, namun 20 tahun
usia Formasi 14 merupakan bukti bahwa pendapat orang-orang keliru. Dan dalam
usia yang seperti itu, rasa kekeluargaan antar personil sudah pasti melekat
dengan erat.
Slank 1997. Credit slank.com |
Slank formasi 14. Credit wpap Indramayu |
Happy together..
Never grow old....
Together and
ever... Rock ‘n Roll..!!
Slank ‘Nggak Ada
Matinya.