-->

Sabtu, 04 Februari 2017

[REVIEW] Palalopeyank, Album Slank Tanpa Abdee


Pic by me

Well, album ini bukanlah sebuah album yang aman dikonsumsi bagi Slankers yang mengharapkan lagu-lagu Slank dengan aransemen yang slengean, santai, dan low tempo seperti di kebanyakan album Slank lainnya. Mereka harus kecewa dan menerima kenyataan bahwa album ke 22 Slank ini sangatlah berat dalam aransemen. Berat dalam beat. Menurut pribadi, ini adalah album paling rock dan berdistorsi sepanjang Slank berdiri.

Bayangkan, dari 12 track yang ada, kita akan diajak untuk terbiasa dengan sound gitar yang tebal dari Ridho. Selama berurutan, tujuh lagu pertama akan membuat kita menyelami riff-riff dan liarnya jari Ridho dalam bermain gitar. Barulah di track ke-8 (Slanky Honey), kita bisa agak tenang karena kadar distorsi agak sedikit berkurang. Kemudian di track 9 (Terlalu Pahit), kita baru bisa menemukan lagu Slank dengan formula ballad seperti di lagu-lagu Ku Tak Bisa, #1, atau Terakhir. Hanya di lagu Terlalu Pahit kita bisa santai sejenak dengan resiko ketagihan karena lagu ini sangat amazing as hell bagi pribadi. Sialnya, oase kesejukan itu sangatlah kuat. Dengan lagu seperti ini kita masih bisa berharap bahwa Slank masih bisa bersaing dengan musisi-musisi lainnya.

Typography by Kaka

Say thanks Kaka and Ridho

Say thanks Bimbim and Ivanka


Kita coba masuk ke dalam amunisi yang ada pada album ini.

Pertama adalah Palalopeyank. Rasanya agak jarang Slank menaruh lagu pertama yang merupakan judul lagu dari judul album tersebut. Jika dilihat dari statistik, maka hanya album Suit Suit.. He He (1991), Slank Nggak Ada Matinya (2013), dan Palalopeyank (2017) saja yang menaruh track pertama dengan lagu yang menjadi judul album. Sound gitar di lagu ini begitu tebal (begitu juga di lagu-lagu lainnya). Dan adanya suara sirine sebagai latar menjadi gambaran suasana panic yang sedang dihadapi. ‘Generasi gadget/Risetnya di Google/Di-share..’ menjadi gambaran dari potret kehidupan di negara kita yang dengan mudahnya membagikan artikel-artikel kebencian maupun hoax pada media sosial yang isinya belum bisa diketahui kebenarannya.

Track kedua, Nge-Rock. Sesuai judulnya, lagu ini memang ngerock. Kata ngeRock ini menjadi luas maknanya karena dalam liriknya Slank menyerukan dukungan perjuangan kepada para penegak hukum dalam memberantas koruptor, memberantas kelompok-kelompok intoleran, dan dukungan kepada para aktivis yang masih berjuang dalam menjaga dan melindungi alam cantik Indonesia. Para penegak hukum, dan para aktivis itu harus tetap ngerock dalam menjalankan fungsinya. Perubahan tempo pada solo gitar cukup membuat kejutan dan jika saja dibuat clipnya, terbayang keindahan alam Indonesia yang cocok untuk menjadi latar belakang video clip.

Orang Merdeka, mungkin lagu ini dilatarbelakangi bahwa banyaknya kemerdekaan yang terkekang (‘Mau bikin ini/Mau bikin itu/Banyak sensor-sensoran. Mau buat ini/Mau buat itu/Banyak pemberangusan’). Lagu ini seolah menjadi statement bahwa Slank merupakan orang merdeka.

Pengaruh Angus Young dan AC/DC begitu kuat di lagu Rock ‘n Roll Terus. Bahkan karakter suara Kaka juga terasa sekali dipengaruhi AC/DC. Jika ingin jujur, sedikit ada rasa You Shook Me All That Night pada lagu ini. Saya tak sabar mendengarkan lagu ini dalam versi live dengan mata kepala sendiri. Dari liriknya sudah jelas bahwa spirit rock n roll harus terus dijalani. Rock (batu) dan roll (berguling), punya keinginan/niat yang kuat dan gigih layaknya batu dan harus menggulingkan niat kita itu untuk terus maju. Kuat dan gerak.

Hutan Karma dibuat di Pekanbaru, Riau pada 2016. Daerah ini adalah daerah yang terkenal dengan kabut asap karena pembakaran hutan. Melalui lagu ini, Slank menggambarkan bagaimana bencana bisa terjadi yang mempengaruhi makhluk hidup dan bencana lainnya yang menyusul. Sebuah sindiran kepada pengembang yang ironinya mengusung konsep go green di perkotaan namun di daerah malah membabat hutan. Maaf kang Soleh Solihun, kata-katanya aku pakai. Piss.

Lagi-lagi Bali menjadi tempat favorit yang dipakai oleh Slank untuk mengeluarkan ide kreatif mereka. Setelah pada 1992 lagu Bali Bagus berkumandang, Poppies Lane Memories di album Tujuh (1997), Restart Hati (2016), kali ini Party di Bali menjadi lagu yang menambah panjang list lagu yang berkaitan dengan Bali. Tapi biarpun begitu, lagu Party di Bali ini sangat keras dibanding 3 lagu lainnya, sekeras arak Bali. Dan yang lebih menguatkan lagu ini bernuansa Bali adalah adanya suara nyanyian yang biasa ada pada tarian Kecak. Kritik sosial dimasukkan ke dalam lirik ketika Slank berkata ‘Gak perlu mewah-mewah/Gak perlu diuruk-uruk/Gak perlu canggih-canggih/Gak perlu digali/ Karena kami hanya ingin party di Bali’ yang menyatakan sikap Slank untuk menolak rencana reklamasi Telok Benoa yang menjadi isu besar di Bali sana.

Tampiasi, apa itu? Entah. Yang jelas dalam bahasa Sasak, kata itu memiliki arti ‘terima kasih’.  Cukup masuk akal mengingat lagu ini diciptakan di Tanjung Aan, Lombok. Sebuah potret sosial kehidupan rakyat kecil yang akrab kita temui di surat kabar. Dari kemiskinan yang melanda Udin dan Asih sehingga membuat Asih menjadi TKW dan sialnya Udin malah menggoda tetangga. Anyway riff gitar lagu ini rasanya terpengaruh Pretty Woman.

Pada credit page bagian Bimbim, beliau mengucapkan ‘Thx to Lady SLV’ yang melatarbelakangi terciptanya lagu ini. Siapapun itu, rasanya saya jadi teringat cerita tentang Jinna. Bedanya, karakter si Slanky Honey ini memang lebih mandiri dibanding Jinna. Terasa ada pengaruh lagu Keep The Faith-nya Bon Jovi ketika lirik yang repetitif menjelang akhir lagu saat backing vocal berkata ‘Tinggalin pacarmu’.

Terlalu Pahit. Inilah track ballad di album ini. Hebatnya, track ini menjadi peluru yang ampuh dan kuat untuk diperhatikan. Judulnya yang sedikit konfrontatif (mengingat Slank memiliki hits berjudul Terlalu Manis) membuat kita bertanya-tanya akan seperti apa lagunya. Dan ya, ini lagu paling teduh di album ini. Reff-nya kuat, solonya melodius dan membius, dan suara Wizzy yang menjadi featuring di lagu ini muncul di saat yang tepat dan memberikan kejutan. Teriakan dan kegelisahan Kaka menjelang reff pasca melodi adalah sesuatu yang terasa amat personal. Penjiwaan yang kuat. After taste setelah mendengar lagu ini adalah sebuah adiktifitas yang melanda dan membuat kita ingin mendengarnya berkali-kali.

Santai Blues. Salah satu lagu yang cukup lemah. Faktor ketiadaan Abdee yang lebih ngeblues membuat lagu ini seakan dipaksakan. Serba nanggung. Ketika built up terbangun, imajinasi membawa kita untuk menantikan apa yang akan terjadi ke depannya. Ternyata hanya berakhir seperti itu. Tidak ada solo gitar maupun reff yang kuat atau berkesan membuat lagu ini sama dengan liriknya ‘Pada kurang ngeblues’. Tak ada klimaks, hanya foreplay.

Bimbim sudah membuat lagu untuk keluarganya, dimulai dengan Indonesiakan Una (Plur, 2004), Me & Reny (Slow But Sure, 2007), dan Tallulah Alami (Restart Hati, 2015), maka si kecil Mao haruslah masuk ke dalam album. Judulnya adalah Maomettano Luke Almachzumi. Namun rasanya Bimbim setengah hati dalam membuatkan lagu untuk si kecil Mao. Karena tidak ada lirik yang berarti dari lagu ini. Hanya mengucapkan namanya saja. Kemampuan Bimbim dalam menulis lirik lagu terasa sia-sia jika mendengar lirik di lagu ini yang hanya terdiri dari 3 kata. Ataukah ini ada hubungannya dengan nuansa psychedelic di akhir lagu?

Menolak Tua menjadi penutup di album ini. Mungkin Bimbim terinspirasi dengan film dokumenter dan lagu dari Seringai yang berjudul Generasi Menolak Tua. Saya (dan mungkin juga Anda) percaya bahwa selama kita memiliki spirit rock ‘n roll, kita tidak akan merasa tua. Mick Jagger sudah lebih dari 70 tahun namun masih bisa bernyanyi dan tour dunia.  Salah satu bukti bahwa rock ‘n roll akan membuat kita selalu muda. Dan Slank tahu itu. Maka Slank menolak untuk menjadi tua dengan menggadaikan jalan hidup dan musik rock ‘n roll yang selama ini mereka jalani. Hal itu bisa terbukti dengan usia yang terus bertambah dan masih solid. Hebatnya, bertambahnya usia itu dibarengi dengan bertambahnya karya baru dan penghargaan yang diraih.

Cerita Dibalik Cover
Satu hal lain yang menarik dari album ini adalah cover-nya. Mengambil gambar Mao dan beberapa alat musik dan memorabilia yang terpajang secara random. Photo ini dipotret oleh Ridho. Ketika saya tanyakan kenapa cover-nya harus seperti itu (di Instagram-nya Ridho), Ridho menjawab bahwa selama Slank berdiri banyak yang menjadi pengaruhnya. Nah pengaruh-pengaruh itulah yang ingin ditularkan kepada generasi di bawahnya. Makanya ada rilisan fisik dari The Rolling Stones, Radiohead, U2, Metallica, Pearl Jam, Nirvana, The Doors, dan beberapa action figure seperti Slash, Kiss, Eric Clapton,Angus Young, dan beberapa alat musik yang pernah dipakai Slank seperti Marshall JCM 2000 dan JCM 900, ampli Laney, Peavey 5150 yang legendaris, gitar Gibson Les Paul, Flying V, Kramer, dan telecaster serta stratocaster. Di belakangnya banyak terdapat part-part pada drum dan ada microphone Shure Super 50 classic dengan 5 pick guitar warna putih milik para personil Slank yang berjejer rapih pada stand mic. Di bawahnya terdapat rilisan Slank. Dari album pertama sampai yang terakhir. Dari kaset dan juga CD.

Pic by me

Pic by me


Ketiadaan Abdee
Di cover bagian belakang dikatakan bahwa album ini didedikasikan untuk Abdee, gitaris yang telah melakukan cuti akibat kesehatannya yang terganggu dan sedang dalam masa penyembuhan. Abdee tidak ikut bermain di album ini, sehingga Ridho menjadi gitaris tunggal seperti yang sering ia lakukan saat Slank konser. Ketidakhadiran Abdee membuat Ridho bisa lebih mengeksplorasi kemampuannya dalam bermain gitar. Namun, ketidakhadiran Abdee pun membuat rasanya ada yang kurang. Entah itu karena tidak adanya slide-slide gitar dari Abdee ataupun kurangnya unsur blues. Untungnya Ridho adalah gitaris berbakat sehingga absennya Abdee bisa kita maklumi karena Ridho bermain sangat baik di album ini.

Credit: KapanLagi

Ternyata Slank formasi 14 (formasi sekarang), sudah berusia 20 tahun. Sebuah pencapaian yang patut diacungi jempol karena ini adalah formasi paling lama seberapapun orang-orang mengatakan bahwa Slank itu adalah era album 1-5, namun 20 tahun usia Formasi 14 merupakan bukti bahwa pendapat orang-orang keliru. Dan dalam usia yang seperti itu, rasa kekeluargaan antar personil sudah pasti melekat dengan erat.

Slank 1997. Credit slank.com

Slank formasi 14. Credit wpap Indramayu


Happy together..
Never grow old....
Together and ever... Rock ‘n Roll..!!

Slank ‘Nggak Ada Matinya.


NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
 

Delivered by FeedBurner