-->

Senin, 14 April 2025

Laki-laki, Daya Jelajah, dan Google Maps



 Kita itu sebagai laki-laki pasti punya semacam keingintahuan dalam hal eksplorasi. Misalnya aja kayak menembus hutan, menyusuri tempat-tempat terpencil, atau menyusuri jalan asing yang hakan kita gak tau bakal ke mana. Kayak ada semacam naluri untuk ‘menemukan’. Bisa jadi ini emang warisan dari masa lalu ketika nenek moyang kita gemar untuk menjelajah atau mengembara, kita sebagai laki-laki dituntut untuk mengenal arah mata angin untuk bertahan hidup.


Tapi itu kan dulu ya. Saat ini hutannya udah berganti jadi gedung-gedung, ruko, bahkan bangunan. Penunjuk arahnya berubah jadi sesuatu yang digital. Kalau dulu kita kenal kompas dan peta, sekarang keduanya muncul dalam satu aplikasi bernama Google Maps. Melalui Google Maps, kita bisa tahu gambaran tempat maupun jalanan tanpa harus bertanya ke orang random di jalanan. 


Kita kesampingkan dulu tentang kasus Google Maps yang suka erorr atau kasih info yang kurang update. Google Maps ngasih kesempatan ke kita (terutama kaum laki-laki) buat eksplor tempat secara digital. Kita bisa cari tempat baru ataupun tersembunyi, bahkan yang menyimpan kenangan pahit seperti rumah mantan misalnya. Daya jelajah itu kan bukan sekadar kemampuan fisik tapi juga rasa ingin tahu.


Gue termasuk orang yang doyan banget buat menjelajahi suatu tempat. Tapi bukan pake peta lusuh kayak di film petualangan gitu juga sih. Gue pake Google Maps. Belakangan ini gue sering buka Google Maps di sela jam kosong pas kerja. Gua bisa ‘mudik’, ‘traveling’, atau bahkan gak sengaja nyasar ke Antartika dan memunculkan pertanyaan ‘di balik ini ada apa ya?’. Hmm.


Seringkali inspirasi gue buat eksplorasi itu muncul dari kawan gue yang hobby sepedahan. Namanya Dennis. Dia sering bepergian pakai sepeda. Dalam postingan update-nya, dia suka share jalan yang dilewatin, tempat yang dikunjungi, atau momen lainnya dari suatu tempat yang gue belum pernah ke sana. Seketika itu gue sering buka Google Maps buat tahu lebih jelas apa yang jadi rasa penasaran gue. Terkadang Google Maps belum update tapi gue rasa Dennis udah melalui jalan yang belum ada di peta, entah disengaja atau kebetulan. Yang jelas dari dia gue belajar bahwa menjelajah itu bukan soal sampai di tujuan tapi juga menikmati setiap belokannya. 


Gue punya bini yang juga gak betahan kalau di rumah. Dia pasti ngajak jalan ke luar kota. Dan gue lagi-lagi harus liat Google Maps buat dapet gambaran terutama tempat yang ingin dituju nanti. Kadang dalam rute yang gue ambil bukan soal rute paling cepat, tapi untuk memuaskan rasa penasaran gue. Tentang menghidupkan kembali insting menjelajah.



NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
 

Delivered by FeedBurner