-->

Minggu, 09 November 2014

Review Konser Slank Revolusi Bunga : Generasi Wangi



Sepanjang 2014, bisa dikatakan konser Revolusi Bunga adalah konser premium Slank. Bertemakan Revolusi Bunga : Generasi Wangi, Slank secara khusus mendedikasikan penampilannya kali ini untuk wanita Indonesia. Konser ‘wangi’ ini diadakan di ball room 1 Ritz Charlton, Pacific Place, Jakarta. 


Courtesy : TraxMagz.com
Malam itu, Slank membuka konser dengan lagu Bidadari Penyelamat (album Minoritas, 1995) yang dinyanyikan Bimbim tanpa alat musik apapun. Bimbim, yang menghabiskan banyak hidupnya untuk Slank, sudah berada di panggung sambil masih menyanyikan lagu tersebut. Kemudian Kaka melanjutkan sisa lagu dan perlahan naik ke atas panggung disusul oleh tiga personil lain dari formasi ke-14 yang sudah terbentuk sejak 1997 yaitu Ridho dan Abdee (gitar), dan Ivanka (bass). Tanpa memberi jeda penonton untuk berteriak, riff intro fenomenal dari Abdee mulai nakal mengusik penasaran penonton. I Miss You But I Hate You (album Virus Road Show, 2002) berkumandang mengajak semua penonton di kelas VIP maupun festival ikut bernyanyi. Disusul lagu Virus (album Virus, 2001), kemudian Slank mulai menyapa penonton.


Youtube memberi peran penting saat tetangga Alm Gesang ikut serta naik panggung untuk berkolaborasi dengan Slank membawakan Kirim Aku Bunga (album Piss, 1993) dengan ukulele. Dua orang wanita dengan outfit vintage yang menambah kevintagean lagu lawas era Slank masih bersama Bongky, Indra dan Pay.

Kalau Kau Ingin Jadi Pacarku (album Minoritas, 1995) adalah lagu berikutnya dari Slank. Tetangga Alm Gesang kini duduk lesehan di meja yang ada di tengah panggung. Panggung memang dibuat dengan konsep yang sangat homey dimana terdapat sebuah meja dengan banyak gelas, teko, catur, juga kartu. 

Kemudian Slank melanjutkan dengan Terbunuh Sepi (album Generasi Biru, 1994) bersama Imel vokalis dari Ten 2 Five, wanita kedua malam itu. Bimbim sempat bercerita tentang awal mula lagu tersebut tercipta. Menurut pengakuannya, lagu itu tercipta saat di Puncak. Saat itu hanya ada Bimbim dan Kaka, tiga personil lain sedang ke Jakarta. Yang pasti, lagu ini membuat penonton (terutama Slankers lawas) ikut bernyanyi dan merasa terbunuh oleh masa lalunya.
Imel Ten2Five mencoba membunuh kesepian hati Slankers

Imel bergabung ke meja dan bercengkerama dengan tetangga Gesang, sementara itu Bimbim berkoar menceritakan sebuah lagu dari album Tujuh. Bimbim meminta keputusan buat wanita di lagu tersebut, pilih dia atau orang lain. Ternyata pertanyaan Bimbim dijawab dengan diputuskannya si pria. Lagu tersebut berjudul Terserah.

Akrab di tengah panggung

Wanita ketiga kali ini adalah seorang pemain saxophone nan sensual. Perkenalkan Sista Anindya. Membawakan komposisi dari album Minoritas (tahun 1995), Jinna –Belasan Dalam Pelarian- menjadi lebih sexy dengan brass section dari Sista ini. Apalagi adanya moment ayng membuat shock saat sista dengan berani naik ke atas meja di mana ada wanita sebelumnya sedang duduk manis. Sebuah suguhan yang menarik dari pelaku yang juga menarik.
Sistha Anindya yang berani
Slank kemudian memanggil Windy, seorang pemain accordion yang dikenalnya saat di Amerika. Windy didaulat untuk menemani Kaka di Anyer, 10 Maret (album Piss, 1993) yang membuat Bimbim, Ridho, dan Ivanka ikut bergabung dengan wanita di meja yang ada di atas panggung. Abdee terlihat tidak berada terlalu jauh dengan Windy. Sedangkan Ridho dan Ivanka memilih bermain catur sementara lagu bernyanyi. Lagu Anyer memang sudah bagus dari sana-nya, namun di tangan Windy, lagu Anyer menjadi terasa berada di level yang berbeda. 

Sementara Bimbim dan Kaka bernyanyi, Ridho dan Ivan bermain catur

Bimbim kemudian mengambil gitar, sendirian bernyanyi di Indonesiakan Una (album PLUR, 2004), lagu keresahan Bimbim tentang putrinya, dilanjutkan dengan Mawar Merah (album Kampungan, 1992) bersama semua personil. Kondisi sudah balik ke semula. Masing-masing personil sudah di posisi masing-masing. Lagu Percuma (album Piss, 1993) ciptaan Kaka dinyanyikan setelah sebelumnya Kaka menjelaskan perihal terciptanya lagu tersebut.

Kaka pamer body

Mia Ismi, seorang violinist yang menjadi wanita ke-lima malam itu diajak Slank membawakan lagu #1 (album Virus, 2001). Lagu yang makin manis apalagi ada Bunda di layar membacakan puisi. Maafkan (album Suit Suit He he…, 1991) dan Terlalu Manis (album Kampungan, 1992) adalah nomor berikutnya yang dibawakan bersama Oppie Andaresta. Bimbim bercerita bahwa Slank awalnya tidak berminat dengan politik sampai Oppie datang kepada mereka dan mengajak konsep ‘Salam 2 jari’.
Oppie Andaresta, the one and only, kata Bimbim
Ada pergantian personil di lagu Josephira (album Lagi Sedih, 1996). Slank bertukar posisi. Bimbim menjadi gitar dan vocal, Abdee beralih ke keyboard, Ivanka megang gitar, bass diisi oleh Kaka dan posisi drum dijalankan oleh Ridho dengan sangat apik. Yang menarik, lagu ini tidak ada dalam songlist. 



Tuker posisi. Abdee off frame

Tiga lagu terakhir adalah Ku Tak Bisa (album PLUR, 2004), Balikin (album Tujuh, 1997), dan Kamu Harus Pulang (album Generasi Biru, 1994). Di lagu terakhir, semua wanita diajak untuk bernyanyi bersama dan ada kedatangan khusus yaitu Ario Wahab yang terlihat sedang giting. Kamu Harus Pulang menjadi lagu penutup malam itu dan Slank pamit setelah sebelumnya memberi salam penghormatan dan membagi-bagikan pick serta stick drum. Keceriaan dan rasa puas penonton menjadi klimaks dari konser wangi tersebut.
Sumber wewangian

****
                                                                                         
Cerita Saya

Tahun 2004 adalah pertama kalinya saya menonton langsung Slank secara langsung di GOR Bulungan, Jakarta. Saat itu ada acara perayaan ulang tahun Ridho. Rasanya senang sekali bisa melihat langsung Slank secara live. Dan sejak saat itu, saya selalu melihat live Slank dari tahun ke tahun. Dari kelas kecil seperti perayaan ulang tahun personil di Potlot, tur, bahkan konser kelas premium. Terakhir kali melihat Slank adalah di SUGBK saat perayaan ulang tahun Slank ke 30. Maka dengan hadirnya saya di konser Revolusi Bunga ini, saya genap 10 tahun menyaksikan live Slank dari tahun ke tahun. 

Berangkat bersama rekan, saya dan rekan bisa masuk dengan menggunakan tag media dari seorang calo. Sebenarnya jika dilihat dari penampilannya, dia bukan calo murni. Terlihat seperti seorang fans juga. Dari semua calo, dialah yang paling nyaman menurut saya. Dengan harga 90rb/orang, kami bisa masuk dengan tag media yang dia berikan.

Kami langsung menyerbu ke depan panggung untuk bisa sedekat mungkin dengan bibir panggung. Tak ada pagar pembatas membuat konser terasa semakin intim. Beruntung kami bisa merangsek ke barisan yang lumayan baik. Dari situ, ada dua hal seru yang bisa dilakukan, pengamatan dan menikmati konser. 

Saya mengamati bagaimana prilaku anak-anak Slank, juga mengamati setiap instrument, perubahan, dan hal kurang penting lainnya (tapi menurut saya penting dan bagus untuk sebuah pemberitaan yang lebih dalam dan terperinci), mungkin. Seperti yang saya ceritakan di atas, ada personil yang bermain catur, atau Abdee yang membantu Windy saat bermain accordion, juga Andre OPA yang mengambil gambar saat show, adalah hasil pengamatan saya, selain tentunya menikmati konser.
 
Andre OPA tertangkap basah
Abdee adalah salah satu gitaris yang paling saya suka. Kemarin, saya bersyukur bisa kembali mendapatkan pick gitar langsung darinya. Kejadiannya tepat setelah lagu Virus. Saat itu jeda lagu dan Kaka mulai memberi salam ke pengunjung. Saya dan beberapa penonton yang berada di dekat Abdee meminta pick ke beliau. Saya ingat berteriak “Mas Abdee, Renji Blues’s here…” dan akhirnya memang pick tersebut dilempar ke arah saya. Dan saya pun mendapatkan pick tersebut terlepas dari didengar atau tidaknya teriakan saya oleh beliau. Pick tersebut adalah pick ke-empat yang saya dapatkan langsung dari beliau. Pick pertama didapat saat acara Inbox SCTV di WTC Matahari pada 2009, pick kedua dan ketiga didapat saat I Slank U Concert tahun 2012 di Riitz Charlton juga. Kecuali yang di Inbox, semua pick hasil lemparan Abdee. Di Inbox, pick tersebut diberikan langsung ke tangan saya.
 
Pick yang saya dapatkan
Abdee
Balik lagi ke acara. Konser malam itu terasa lebih menarik dengan adanya para wanita yang diajak berkolaborasi. Beberapa memang sukses menyuguhkan sesuatu yang menarik dan unik seperti Windy, Mia, dan Sista, namun beberapa lainnya terkesan biasa saja. Konsep yang rumahan juga menjadi daya tarik yang menarik. Saya bahkan melihat langsung Kaka dan Bimbim berganti pakaian di atas panggung (ada gantungan baju di belakang drum Bimbim). Para tamu yang tidak langsung turun dan berkumpul riang di meja lesehan pun menandakan bagaimana Slank menempatkan wanita; sebagai tamu kehormatan juga respect terhadap teman lama. Satu-satunya yang menyebalkan dari konser saat itu bagi saya adalah, adanya Slankers bawel yang selalu berkomentar tak jelas setiap ada adegan ataupun sapaan dari personil. Ingin menegornya, tapi perasaan sedang tak ingin rusak. 
Bimbim ganti baju di atas panggung
Sista Anindya, pemain saxophone di lagu Jinna -Belasan Dalam Pelarian- adalah wanita yang menarik perhatian saya malam itu. Kami sering bertatapan sekian detik, lalu membuang pandangan kea rah lain. Sampai akhirnya saya merasa dia sosok yang friendly, maka saya memutuskan untuk meminta berfoto bersamanya sehabis konser. Permintaan itu saya utarakan saat para artis berpamitan dari atas panggung. Rupanya respon darinya juga bagus, terus jadi deh Koko Crunch.

Sebelum meninggalkan panggung, saya meminta songlist kepada crew Abdee. Alhamdulillah saya diberi olehnya, padahal saat itu ada 3-4 orang selain saya yang juga meminta songlist. Ini adalah songlist pemberian darinya yang kedua sejak yang pertama saya dapatkan di Jakarta Blues Festival 2013 lalu. Ucapan terimakasih saya haturkan kepadanya, juga untuk air mineral yang berada di panggung yang juga tak luput untuk saya minta. 

Sebubar acara, inginnya langsung keluar, namun Ario Wahab yang sepertinya sedang giting datang menghampiri. Saya pun bersalaman dan membisikkan kalimat “Bang, lo dari jauh mirip Dave Grohl.’, tapi reaksi dia tetep senyum gitu. Saat rekan saya datang, dia meyakinkan saya bahwa si papa rock n roll itu memang in high condition. Tapi herannya, gak tercium bau minuman. Biarkanlah. Akhirny foto bareng dengannya.
Ario Wahab yang sekilas mirip Dave Grohl

Di luar venue, masih banyak orang-orang yang sibuk dengan berbagai macam kegiatannya. Ada yang berfoto selfie maupun groupie, ada juga yang menuju bar atau juga ke toilet. Saya memilih untuk menunggu dekat pintu masuk VIP. Menunggu siapa saja artis yang hadir di situ. Penantian tidak berlangsung lama, karena kemudian saya bertemu dengan JFlow, Olga Lidya, dan juga orang dari media; Adib Hidayat (Rolling Stone Indonesia), dan Andre OPA (Trax Magz). Sedikit berbincang dengan mas Adib, juga dengan mas Andre. Tak lupa saya memperkenalkan diri kepada Mas Adib saat ingin meminta berfoto bersamanya. Oh iya, saya juga bertemu dengan mas Buddy Ace, namun tak sempat berfoto bersama.

Kiri: Andre OPA (TraxMagz), Kanan: Adib Hidayat (Rolling Stone Indonesia)



Ajakan permintaan foto bareng dengan Sista terwujud saat ia keluar dari ruang VIP yang juga akses masuk para artist malam itu. Setelah memberi waktunya sedikit untuknya mengobrol dengan Jflow, saya langsung berbicara dengannya “ Sist, kamu berhutang satu hal denganku…” yang dijawab olehnya dengan sebuah pertanyaan. Singkat cerita, kami berfoto bersama. 
 
With JFlow, Olga Lidya, Ario (again), dan Sistha Anindya
 
Sesaat menjelang pulang, kami bertemu lagi dengan rombongan Ario, dan kami meminta kembali berfoto dengannya karena situasinya yang sepi. Sebelumnya saat berfoto di sekitaran panggung, banyak sekali orang yang juga minta berfoto bersamanya.

Dengan harga yang relative murah (harga tix asli 450k paling murah, belum termasuk pajak), saya merasa bersyukur dan beruntung dengan semua yang saya dapatkan. Rekan pun mengakui hal itu. Kepuasan yang sangat puas. Mungkin lain kali, saya lebih tertarik menjadi seorang dengan tag media di dada, untuk dapat menyalurkan minat saya dalam hal menikmati sebuah suguhan acara, mengamatinya, dan menceritakan kepada Anda semua. Ya, kepada Anda semua.


Best Point : Kolaborasi dengan Windy, Sista, dan Mia
Bad Point : Ligthting cenderung standar
Plus point : konsep panggung yang homey
Minus point : gak dapet potongan tiket
 

NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
 

Delivered by FeedBurner