-->

Rabu, 21 November 2018

Review Konser Guns n' Roses Jakarta : Bising Yang Sama



Kamis, 8 November 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno terjadi kebisingan berupa musik yang mereka mainkan. Group musik legendaris bernama Guns n' Roses sedang menembakkan amunisinya kepada para penonton yang memadati stadion. Saya salah satunya. 

**

Saya datang ke lokasi tepat pukul 16:25 dari Tangerang. Suasana di sekitar GBK terutama di f(x) sudah ramai dengan pakaian yang nyaris tematik. Kaos hitam bergambarkan logo Guns n Roses dalam banyak rupa dan varian. Beberapa atribut lain adalah kacamata dan bandana merah. Kebanyakan dari mereka sedang santai sambil menunggu pintu dibuka jam 5 sore. Waktu yang masih panjang membuat saya lebih dulu ke f(x) sekadar untuk menunaikan sholat Ashar, pipis, dan membeli minuman. 

Ramai sekali suasana di f(x) terutama di lantai dasar. Kursi-kursi restoran penuh oleh calon penonton yang berbaur dengan pengunjung mall regular. Begitupun dengan grocery store yang ada. Saya membeli air minum seharga Rp. 3.000. Yang saya sadari betul adalah suasana saat itu memang seakan ingin meramaikan euphoria yang ada dengan cara memutar lagu Guns n' Roses. Saat saya datang sedang diputar lagu berjudul Don’t Cry. Jakarta seketika menjadi Paradise City. 

**

Konser dimulai dengan aksi menyanyikan lagu Indonesia Raya oleh seorang perempuan. Saya yang duduk di tribun tidak bisa melihat dengan jelas siapa yang menyanyikannya. Dari suaranya pun saya kesulitan untuk mengenalinya. Tiga layar yang berada di panggung hanya menampilkan warna bendera Indonesia sebagai latarnya. Barulah belakangan saya tahu kalau yang menyanyikannya adalah Kikan yang besar bersama group musik Cokelat. 

Visual pada layar LED menampilkan video animasi 3D sebuah tank militer yang dikustomisasi dengan ornamen GnR. Dengan beberapa lagu diputar di belakangnya sebagai latar. Tampilan visual masih saja tentang tank, entah untuk yang keberapa kalinya. Sekitar 10 menit lewat dari jam yang seharusnya, barulah seluruh lampu di GBK dimatikan dan penonton mulai berteriak. Semua tahu bahwa dalam waktu dekat pusat perhatian akan tertuju kepada Guns n' Roses.

**

Durasi konser yang memakan waktu 3 jam membuat Axl tidak banyak berbasa-basi. Lagu yang baru dirilis tahun ini, It’s So Easy menghentak diikuti oleh koor penonton. Selanjutnya berturut-turut dihajar oleh Mr.Brownstone, Chinese Democracy dan Welcome to the Jungle. Penonton tidak diberi jeda dari gelontoran peluru yang dihamburkan satu demi satu. Saya mengamati lagu demi lagu bermodalkan setlist konser sebelumnya yang dihelat di Mexico. Hasilnya tidak terlalu berbeda. Hanya lagu Rocket Queen yang seharusnya dimainkan di lagu ke 9 dimajukan ke no 7. Selebihnya sama persis. Termasuk lagu-lagu cover dari Wings, Soundgarden, maupun Pink Floyd.

Tanpa Basa-Basi

Umumnya musisi luar negeri sering melakukan sesi MC, bertegur sapa dengan penonton dan memberi gimmick untuk mengatakan sesuatu dalam Bahasa Indonesia. Axl tidak melakukan itu. Bahkan sesi MC pun bisa dibilang nyaris tidak ada. Hanya ada momen di mana Axl menyampaikan terima kasih di akhir dan saat memperkenalkan personil-personil yang berada di atas panggung. 

Sound

Sound dari tempat saya berada kurang seimbang. Antara musik dengan vokal sedikit terasa tidak seimbang. Mungkin penyebabnya karena posisi saya yang kurang bagus. Hal itu bisa dibuktikan dengan rekaman video yang saya ambil. Hasilnya tidak ada yang bagus. Sound begitu bergemuruh. Saya cukup penasaran bagaimana sound dari tempat lain. Tapi yang jelas, suara gitarnya begitu kentara dan amat bising. 

Visual

Saya sangat menyukai visual yang ada sebagai bagian dari estetika suguhan pertunjukan. Bukan karena ada banyak adegan yang agak-agak porno (perempuan seksi, tetek everywhere, dan sepasang tengkorak yang sedang melakukan doggy styles), melainkan karena pilihan warna dan efek yang membuat kita mampu berlama-lama memperhatikan visual yang ada. Pilihan warna magenta dan cyan yang berani mampu membuat mata betah berlama-lama. Warna yang agak poppy. Juga efek-efek neon yang sering muncul. Huruf X beberapa kali muncul dalam efek neon. Agak kekinian. Dan di salah satu logo Guns n' Roses saat huruf-hurufnya bermunculan menggunakan efek neon menghasilkan efek 3D. Hasilnya memuaskan. Membuat saya harus bisa membagi atensi antara melihat visual atau mendengarkan lagu yang dimainkan.

Visual lain yang tampak menarik adalah ketika Slash bermain solo. Banyak shoot kamera yang menyorot secara close up ke arah tangan Slash yang sedang bermain gitar. Ketika Slash bermain solo, dia tidak banyak bergerak. Sehingga kita bisa berlama-lama melihat bagaimana dirinya memainkan gitarnya. Pun ketika Richard Fortus yang bermain solo. Kamera menyorot Richard dan background-nya adalah layar besar. Sehingga dalam layar tersebut ada layar lagi. Frame in frame yang membentuk suatu pola yang menarik. Ternyata keberhasilan visual ini tidak lepas dari peran camera-man asing yang bisa jadi merupakan team produksi dari tour GnR sehingga mereka sudah tahu kapan dan di mana mereka akan mendapatkan spot bagus dan dramatis.

Setlist Lagu Yang Memuaskan

Saya sempat kecewa saat menyaksikan Bon Jovi pada 2015. Karena saat itu beberapa lagu ballads tidak dibawakan. Berbeda sekali dengan konser mereka pada tahun 1996. Untungnya konser GnR kemarin amat memanjakan telinga. Kerinduan terpupus saat tembang-tembang popular dibawakan. Don’t Cry, Patience, November Rain, sampai ballada berdurasi 9:46 menit berjudul Estranged tak luput untuk dibawakan. Jangan juga lupakan lagu-lagu beroktan tinggi macam Welcome to the Jungle, You Could be Mine, Slash yang pamer skill di lagu Double Talkin Jive, Sweet Child O Mine, dan Paradise City yang dijadikan sebagai lagu pamungkas. Belum lagi lagu-lagu cover dan solo gitar Slash serta duet Slash dengan Richard Fortus. Malam itu, semua bisa bernostalgia dan bernyanyi bersama. Sungguh sebuah kepuasan yang hakiki.

**

Cerita saya

Perkara Tiket

Saya sedikit kecewa karena kehabisan tiket presale yang bisa didapatkan apabila kita melakukan pendaftaran pada beberapa hari sebelum penjualan tiket dimulai. Pasalnya beberapa minggu sebelumnya saya telah mengikuti prosedur dengan mendaftarkan diri saya lengkap dengan email agar mendapat informasi pembelian tiket presale. Namun usaha yang saya lakukan sia-sia karena tidak ada update apapun yang masuk ke email sehingga pembeli tiket presale adalah mereka yang mengisi data pada H-sekian dan saya luput untuk ikut mengisi data tersebut.

Yah akhirnya saya dapat tiket ketika penjualan mulai dibuka. Saya membeli 2 tiket untuk saya dan teman saya. Kami  berdua memilih membeli tiket termurah. Satu tiket seharga Rp. 567.000, setelah dengan pajak dan biaya lainnya. Dengan harga segitu saya dapat tiket kategori tribune (green zone) sebelah kanan.

Green Zone (Tribune) Right


Gagal Menang Kuis

Sadar bahwa saya akan berada jauh dari panggung maka saya berniat untuk mengikuti kuis berhadiah tiket konser. Dengan harapan saya bisa membawa satu tiket di kelas yang lebih dekat ke panggung, saya mengikuti sampai 3 kuis. Namun semuanya tidak ada yang berhasil. Saya kalah. 

Diliput Media

Saya memang memutuskan untuk cosplay menjadi Slash yang saya idolakan. Bukan kali ini saja saya datang ke sebuah acara untuk cosplay sebagai Slash. Pada event terdahulu saya sudah pernah melakukannya. Jakarta Blues Festival tahun 2013, Hellofest tahun 2014, konser Bon Jovi tahun 2015, dan terakhir di acara Tribute to Hyde pada tahun 2017. Pada konser GnR kemarin tentu tidak akan salah kostum saat saya melakukan hal yang sama. 

Sampai di lokasi sebelum gate dibuka membuat saya memutuskan untuk ke f(x) lebih dulu. Sekadar numpang pipis dan numpang sholat. Pada salah satu toilet yang tersedia di lantai bawah, saya memakai atribut saya. Atribut yang dimaksud adalah topi yang tersambung ke rambut, kacamata hitam yang baru dibeli, dan saputangan berwarna merah yang saya selipkan di celana sebelah kiri. Dengan dandanan seperti itu saya berjalan dari f(x) menuju lokasi melalui Pintu 5.

Sampai di gate ada beberapa orang yang meminta foto. Mulai dari yang sendiri, sampai yang beregu. Pria, wanita. Biasanya mereka ikut foto setelah melihat ada orang lain yang memulai lebih dulu. Sampai suatu ketika ada seseorang yang bertanya kepada saya perihal nama dan atribut yang saya kenakan. Untungnya saya memakai kacamata hitam sehingga dia tidak bisa melihat ke arah mana mata saya tertuju.

Mata saya tertuju pada tag yang dia pakai. Saya penasaran tapi sudah menaruh curiga. Kecurigaan saya adalah dia orang media tapi saya tidak tahu dari media mana. Saya menjawab tiap pertanyaan yang dilontarkan. Belakangan saya baru tahu kalau wanita itu berasal dari media Tribun News. Menariknya adalah, pada tahun 2015 saya pernah diwawancarai juga ketika konser Bon Jovi oleh media yang sama. Artinya saya sudah pernah muncul dalam artikel yang ditulis oleh Tribun News saat cosplay Slash. Asik.



Suasana di Dalam

Sekitar pukul 17:10 saya memutuskan untuk masuk ke dalam arena. Penjagaan pertama untuk melihat tiket dan pembagian jalur bagi yang membawa tas dengan yang tidak membawa tas. Saya tidak membawa tas sehingga diarahkan ke sebelah kiri. Kemudian ada pemeriksaan ulang untuk body checking dan periksa tiket berupa wristband dengan gantungan yang di-scan oleh staff ticketing. Tidak ada halangan ataupun barang yang disitu. Sempat khawatir kalau ikat pinggang saya akan disita mengingat pada konser Slank tahun 2017 di ICE BSD, saya pernah disita. Padahal ikat pinggang yang saya pakai bukan termasuk ikat pinggang yang biasa dipakai tawuran. 

Oke, masuk ke dalam saya langsung teralihkan oleh backdrop yang kemudian dipakai sebagai bahan foto. Ada beberapa orang di sana, saya ikut dan diajak foto bersama dengan beberapa orang. Setiap ada yang datang langsung ada yang mengajak foto bersama. Keinginan saya untuk menjelajah sedikit terhalang karena permintaan penonton yang lain.

Diajak foto bersama




Ada antrian panjang. Rupanya itu adalah antrian merchandise official. Tips, untuk mendapatkan merchandise official sebaiknya memang datang lebih awal agar antrian tidak  terlalu panjang dan menghindari stok habis. Dan sebaiknya sediakan pula uang tunai untuk mengantisipasi metode pembayaran yang ada. Di konser GnR kemarin terdapat dua cara yaitu tunai maupun nontunai.

Merchandise official


Saya lapar. Setelah berjalan untuk mencari makanan, saya mendapati ada Indomaret Point yang letaknya tidak begitu jauh dari gerbang tempat saya masuk nanti. Selain Indomaret ada pula booth-booth makanan yang lain namun saya lebih memilih ke Indomaret untuk membeli Pop Mie. Kondisi keuangan yang sedang tidak baik menjadi penyebabnya. Masuklah saya ke sana dan membeli Pop Mie. Antrian cukup panjang mengingat banyak pembeli. Ketika sedang mengantri itu saya melihat makanan nasi sehargar Rp.10.000. Tidak jauh berbeda dengan Pop Mie yang saya beli, saya memutuskan untuk membelinya. Toh makan nasi akan lebih menghasilkan tenaga dengan kandungan karbohidrat yang ada di dalamnya. Dengan membayar Rp. 14.000 untuk nasi dan sebotol air mineral merk Prima (mereka tidak menjual merk lain, hanya produk sponsor) saya menikmati makan malam itu di pinggiran dekat tangga karena kursi yang disediakan oleh Indomaret sudah penuh.

Masuk ke venue, saya harus naik beberapa kali anak tangga karena lokasinya yang berada di tribun. Kebetulan saya berada di sebelah kanan. GBK masih cukup kosong saat itu sehingga membuat saya bebas untuk memlih di kursi mana saya akan duduk. Lokasi yang saya pilih adalah agak ke tengah agar sound yang saya dapat seimbang. Saya ingat kalau saya duduk di kursi dekat pintu 51, sektor 22. Pintu ini pulalah yang nantinya memudahkan Dennis, rekan saya, untuk bisa duduk bersebelahan dengan saya. 

Oh, sebelum masuk saya sempat sholat Magrib di lorong sebelum masuk ke dalam venue. Sholat dengan latar seadanya karena hanya bermodalkan plastic bag yang cukup besar. Wudhu pun dari washtafel toilet yang ada. Untungnya di konser GnR ini kondisi toilet terjaga kebersihannya. 

**
Dennis datang tepat beberapa saat sebelum konser dimulai. Dia memang agak telat karena harus bekerja terlebih dahulu. Kami berdua menikmati suguhan konser apik sambil sesekali membahas apa yang kami saksikan. Setlist konser di Meksiko saya jadikan contekan untuk melihat susunan lagu yang dibawakan. Hasilnya 98% sama persis. Hanya lagu Rocket Queen saja yang dimajukan, selebihnya urutannya sama. 

Lapar

Konser selama 3 jam ditambah waktu menunggu membuat baik saya maupun Dennis terasa lapar. Perlu asupan makanan. Saya melihat ada pedagan makanan di sebelah kanan dari pintu keluar ketika saya hendak ke toilet. Saya tidak begitu ingat mereka dagang apa. Yang jelas hal itu wajar karena ketika konser Bon Jovi pun ada lapak Indomaret yang menjual makanan yang siap dimakan seperti Pop Mie, paket nasi dan air minum dengan harga yang wajar untuk standar acara. Waktu itu saya beli paket nasi dan ayam goreng model KFC seharga Rp.20.000. Masih masuk akal karena ayamnya juga cukup besar. 

Dennis bertanya-tanya tentang booth yang buka di bawah. Dia lapar. Serperti saya. Saya katakan padanya bahwa ada lapak penjual makanan di luar, yang saya ceritakan di atas. Kurang lebih terjadi dialaog :

“Kira-kira berapaan yah?” Kata Dennis
“Ya gak tau. Bawa aja nih duit gw, patungan aja kalau emang agak mahal” sembari menyerahkan uang Rp. 20.000.

Dennis bilang uangnya tinggal Rp. 10.000. Dia memang tidak bawa uang tunai saat itu. Ditambah uang dari saya totalnya menjadi Rp. 30.000. Saya pikir dapatlah 1 item untuk dimakan berdua. Sementara saya menunggu di kursi, Dennis pergi untuk membeli makanan. 

Setibanya kembali Dennis dari luar, saya tidak melihat dia membawa apapun. Ada dua kemungkinan saat itu. Makanannya habis atau duitnya kurang. 

“Men, kenapa men? Abis yah? Atau duitnya kurang?”
“Muahal men…!! Rp. 50.000 cuma sosis satu sama kentang dikit banget.  Ogah men.”
Saya tertawa karena memang uang yang kami bawa kurang..
“Yaudahlah sementara lambung kita boongin aja pake air minum yang banyak..”

Jadinya kami menonton sisa malam itu dengan menahan lapar sambil tertawa ketika mengingatnya.

**
Perjalanan pulang diawali dengan perginya kami ke tempat makan terdekat. McD di seberang Senayan City. Ada banyak tukang nasi goreng di pinggir jalan tapi mengingat sedang ada acara bukan tidak mungkin harganya akan dinaikan sepihak dan tidak masuk akal. Menjadi Rp. 30.000 misalnya. Dengan taruhan rasanya yang belum tentu enak. Dua kemumngkinan itu yang mendorong kami lebih memilih McD dengan harga dan rasa yang jelas. Kami lewat pintu Plaza Barat. Agak disesalkan karena ternyata pintu yang saya pilih itu bukanlah pintu terbaik. 

Saya berniat membeli kaos abal-abal yang dijual di sekitar GBK. Aneh sekali tidak ada yang menjualnya di Plaza Barat. Saya yakin para penjual berkumpul di Plaza Timur dan samping f(x) karena massa memang lebih banyak keluar melalui pintu itu. Seperti halnya konser Bon Jovi kemarin, saya pun tidak membeli barang apapun sehabis konser. 

Menikmati makan malam di McD yang sangat ramai oleh mayoritas penonton GnR, saya dan Dennis kemudian berjalan ke halte GBK untuk naik Transjakarta ke Kalideres. Kereta terakhir menuju Rawa Buntu sudah tidak ada sehingga Transjakarta menjadi alternatif. Kami berpisah di terminal Kalideres dan melanjutkan ke tujuan masing-masing. Sekitar jam 2 dini hari kami sampai di tujuan masing-masing.

**

Penutup

Bisa menyaksikan idola sedari kecil memiliki kesenangan luar biasa. Semua berawal saat saya berada di kelas 5 SD. Ketika itu kakak laki-laki saya membeli VCD player dan 2 keping VCD yang terdiri dari video kompilasi berjudul MTV Golden Slow Rock, dan Welcome to the Video dari Guns n Roses. Dari video itulah saya kenal dan belajar mengenai musik rock. Saya seketika jatuh cinta kepada Guns n Roses dan Bon Jovi lewat lagunya I’ll Be There For You. Khusus untuk I’ll Be There For You, saya jadi rajin membuka kamus untuk mencari tahu arti dari liriknya yang tertera pada video klipnya. Bahkan saya sempat berimajinasi untuk membacakan lirik tersebut kepada pengajar bahasa inggris saya yang saat itu tampaknya masih sangat muda. Ya. Saya sudah genit sejak kecil. Haha.

Sedangkan bersama Guns n Roses, saya mendapatkan sebuah suguhan visual yang sangat apik dan menarik. Apalagi ketika melihat Slash dan Axl yang atraktif. Saya sering menyaksikannya bersama kakak saya. Ketika saya sudah bisa mengoperasikannya, saya sering mencuri-curi kesempatan untuk menonton sendirian tanpa meminta izin kepada kakak saya. Sayangnya kakak saya menolak untuk ikut menonton konser GnR kemarin karena memang sudah berkeluarga. Tapi tak apa. Melalui konser GnR kemarin saya sudah bisa menyaksikan idola saya secara langsung. Jika ada satu lagi band yang ingin saya saksikan secara langsung, maka band itu adalah Scorpions. 

Dengan menyaksikan konser GnR secara langsung, saya dapat menyimpulkan bahwa mendengarkan dari album maupun melihat langsung, GnR tetap bisa menampilkan kebisingan yang sama. Saya harap mereka akan kemari lagi. Tapi apakah mungkin karena penjualan tiket kemarin tidak masuk kategori sold out.
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
 

Delivered by FeedBurner