-->

Jumat, 19 April 2019

Catatan Perjalanan ke Bandung


Facebook memiliki fitur memories yang mengingatkan aktivitas yang kita lakukan pada tanggal yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Begitu juga yang terjadi pada 12 April. Notifikasi di hp gue mengingatkan gue pernah nulis status yang isinya besok (13 April) gue dan teman-teman akan pergi ke Bandung. Itu enam tahun lalu. Kenangan itu lantas membuat gue sedikit kaget karena di tahun 2019 ini gue akan pergi ke Bandung juga. Sungguh sebuah momentum yang tepat dengan apa yang akan gue lakukan di tanggal yang sama. 


Perjalanan

Enam tahun lalu, gue dan beberapa rekan pergi ke Bandung untuk jalan-jalan bersama teman dari komunitas L’Arc-en-Ciel Indonesia. Cerita selengkapnya bisa dibaca di link berikut :

Yang membedakan dengan tahun ini adalah tujuan serta personil. Tujuan pergi ke Bandung kali ini untuk menyelenggarakan acara Nobar bersama komunitas. Acara ini digelar pada hari Minggu sehingga gue dan rekan-rekan memilih pergi di hari Sabtu untuk waktu yang lebih lama berada di Bandung.

Gue berangkat dari BSD jam 07.30. Ngaret 30 menit dari waktu yang dijanjikan karena menunggu Dennis yang belum juga tiba. Setelahnya tim yang beranggotakan Erick dan istri serta anaknya, Dennis, Ahmad, dan gue berangkat menuju Bandung. Dennis merupakan satu-satunya orang dari BSD yang juga ikut ke Bandung 6 tahun lalu. Selebihnya adalah orang-orang baru.

Perjalanan cukup lancar namun sedikit tersendat di tol imbas dari adanya pengerjaan di ruas tol Cikampek. Mobil yang dikendarai Erick harus menepi di Rest Area 49 karena kami kebelet pipis kemudian lanjut berhenti di Rest Area 57 untuk menjemput cewek gue, Fifi. Dari situ kami semua lanjut jalan sampai tiba di Pasteur sekitar jam 12 siang.

Sampai di Bandung

Tujuan pertama adalah ke hotel untuk check in dan menyimpan barang-barang yang kami bawa. Juga untuk merebahkan diri dari rasa pegal akibat perjalanan. Tubuh yang sudah mulai memburuk dan daya tarik dari kasur di hotel seakan membuai kami untuk tidak melakukan apapun selain tiduran di kasur itu.

Hotel yang gue pesan adalah hotel Dealofia, kalau tidak salah. Gue gak inget pastinya karena gue pesen pake Reddorz. Melalui aplikasi tersebut gue sewa 3 kamar seharga kurang lebih 457.000 untuk tiga kamar. Harga tersebut telah didiskon dengan menggunakan kode khusus yang gue dapet dari seseorang. Lumayan, diskon 20%. Tanya gue kalau mau dapet kodenya.

Tiga kamar yang dipesan dibagi dengan pemisahan personil. Dennis berbagi kamar dengan Ahmad. Yuuki berbagi kamar dengan Fifi, dan Erick harus rela berbagi kasur dengan gue. Kamarnya cukup baik dan memenuhi ekspektasi kami. Kamar yang ditempati Yuuki dan Fifi memakai type ranjang twin bed. Hal ini gue maksudkan karena selain Yuuki bawa anak, gue khawatir cewek gue gak bisa tidur kalau harus satu kasur bertiga dengan Yuuki dan Langit, anaknya. Kamar yang ditempati ini memiliki luas yang sangat luas. Gue sih gak tau pastinya. Tapi memang luas. Dibanding kamar gue dan kamar Dennis, kamar anak-anak cewek menjadi yang terluas. Sementar kamar gue jadi yang tersempit. Dennis punya kamar yang sedikit lebih luas dibanding punya gue. Gue pengen cerita lebih banyak tentang hotel yang gue pakai namun rasanya perlu dibuat tempat terpisah dari tulisan ini.

Kejutan di Alas Daun

Destinasi pertama di Bandung adalah pergi ke lokasi untuk survey dan tes materi nobar. Lokasinya di Jalan Banda, gak jauh dari hotel tempat kami menginap. Sesampainya di sana kami ternyata tidak bisa melakukan test materi karena ruangan masih dipakai sehingga kami memutuskan untuk pergi mencari makan lebih dahulu. Tadinya gue nawarin ke Bancakan yang ada di Trunojoyo, gak jauh dari lokasi yang akan dipakai. Kebetulan Nasi Bancakan ini adalah tempat di mana 6 tahun lalu gue ke sana. Tapi Fifi nawarin ke Alas Daun yang juga berlokasi gak jauh dari tempat nobar. Berangkatlah kami ke sana.

Menurut cewek gue rumah makan Alas Daun ini harganya cukup mahal. Terakhir kali dia ke sana adalah saat masa kuliah. Tapi setelah kami tahu harganya ternyata masih relatif standar. Mungkin saat itu tergolong mahal untuk kantong mahasiswa rantau seperti si Fifi. 

Namanya aja Alas Daun, jadinya kami makan memang gak pake piring. Hanya dikasih lembaran daun pisang sebagai ganti piring untuk makan. Pemilihan menunya a la buffet di mana kita bisa milih menu yang kita suka dan nanti akan dihangatkan kembali. Menu yang gue pilih saat itu sebatas nasi putih, perkedel, dan ayam bakar. Sementara Fifi pilih nasi putih, ayam goreng, mendoan, dan satu pot cah kangkung segar untuk dimakan beramai-ramai. Ahmad juga memesan yang mirip. Begitu juga Erik dan Yuuki. Hanya Dennis yang makan dengan dua buah nasi bakar, babat, dan lain-lain yang membuat dirinya menjadi yang paling banyak makan di antara kami semua. Total belanja sekitar Rp. 360.000

Makan~

Hari itu si Fifi lagi ulang tahun. Tepat banget di hari itu. Gak kurang gak lebih. Di Alas Daun terdengar lagu Jamrud yang berjudul Selamat Ulang Tahun diputar dan seketika seakan menjadi soundtrack untuknya. Gue pikir, ini siapa yah yang ulang tahun selain dia terus request diputerin lagu ini. Pas lagi makanpun lagu itu diputer lagi. Sampai gue curiga jangan-jangan memang lagu Jamrud itu diputer setiap beberapa menit sekali sehingga siapapun yang berulangtahun nantinya akan merasa istimewa.

Sekenyangnya kami dari sana kami memutuskan untuk pergi ke Alun-Alun.

Alun-Alun

Alun-Alun Bandung cukup sejuk saat itu. Maklum, habis hujan. Kami parkir di dekat Jl Sukarno dan berjalan kaki ke arah Jl Asia Afrika sebelum melipir ke Alun-Alun. Hendra, temen gue yang juga datang dari Jakarta ngajak ketemuan di lokasi gue dan anak-anak berada. Yaudah dia nyusul ke Alun-Alun bareng Nada, istrinya.

Nada yang motoin

Gue ketemu sama Hendra dan Nada setelah beberapa saat karena menunaikan sholat Ashar terlebih dahulu. Dari tempat gue berdiri gue bisa liat Hendra, Dennis, dan Ahmad lagi main bola di rumput sintetis Alun-Alun. Aktivitas yang menarik jadi bikin gue pengen ikut buat maen bola. Bergabunglah gue sama mereka dan main sebentar sampai akhirnya kami harus memilih antara lanjut ke lokasi Nobar atau balik ke hotel buat istirahat. Hendra ngajak kami buat ke Jumbo, tempat makan gitu. Usulan diterima tapi kami harus balik dulu ke hotel, kata kami. Yang terjadi berikutnya adalah kami semua ke hotel sementara Hendra dan Nada dengan kendaraan terpisah akan menyusul setelahnya.

Hotel Menjelang Maghrib

Sebenarnya setelah sampai di hotel  kami merasa cukup lelah. Bisa jadi karena faktor cuaca pasca hujan, kekenyangan, atau imbas perjalanan dari Tangerang dan aktivitas main bola di Alun-Alun. Yang manapun itu, tidur merupakan sesuatu yang amat menggoda.

Sants
Hendra dan Nada datang kemudian ke hotel kami. Gue sempet ragu pada awalnya melihat sepertinya istrinya Hendra agak mager buat ikut ke hotel. Mungkin sebatas asumsi gue aja sih. Yang jelas kedatangan Hendra dan Nada jadi bertambah dengan adanya Aya yang menurut pengakuan Nada sedang berada tidak jauh dari lokasi parkir mobil mereka sehingga diajaklah Aya ke hotel.

Para perempuan kami taruh di kamar Yuuki dan Fifi sementara Hendra kami ajak ke kamar Dennis dan Ahmad. Gue balik ke kamar dan tiduran sementara yang perempuan sedang mencari resto yang akan dikunjungi. Rombongan Jakarta lainnya yang terdiri dari Vie, Rizq, dan Atas pun sudah sampai di Bandung sehingga acara kumpul bersama akan semakin ramai. Tujuan kami saat itu adalah antara Jumbo rekomendasi Hendra, sebuah resto Korea di Surapati rekomendasi Aya dan Nada, serta keragu-raguan Vie dkk dengan menanyakan apakah Justus Steak merupakan tempat yang enak dan bagus atau tidak. Pilihannya jatuh ke Jumbo yang ternyata tidak jauh dengan lokasi nobar.

Lebih Lengkap di Jumbo Eatery

Sebanyak 12 orang dewasa dan 1 anak kecil tampak ceria bertukar cerita sambil bertukar rasa berkat dua menu porsi besar yang dimakan bersama-sama. Total belanja saat itu sekitar Rp. 750.000. Dalam kesempatan itu kami bercerita mengenai apapun. Kesempatan untuk kumpul bersama dalam jumlah banyak bersama orang-orang yang cukup dekat merupakan sesuatu yang langka. Gue bersyukur saat itu bisa kumpul cukup banyak sehingga silaturahmi tetap terjaga sambil berharap momen seperti ini bisa terus terulang.

Makan~

Akhir dari sebuah cerita pertemuan ini adalah dengan mengadakan lemon bites challenge. Sebenernya ini dadakan aja. Kebetulan di minuman yang kami pesan (kami pesan 1 pitcher besar) ada irisan lemon cukup banyak. Peserta terdiri dari gue, Dennis, Aya, Hendra, dan Vie. Harus diakui bahwa lemon yang ada sudah gak murni karena tercampur dengan minuman yang ada. Kurang asem men. Meskipun begitu di gigitan terakhir gue harus menyerah mengingat after taste yang cukup buruk. Sebuah rasa yang cenderung pahit, bukan asam. Karenanya gue menyerah.

Menikmati Pagi

Minggu, 14 April 2019.

Sempat mendengar bahwa di hari Minggu nanti tempat gue bakal ramai oleh kegiatan Car Free Day. Lokasi yang amat strategis karena berdekatan dengan Gedung Sate menjadi keuntungan buat gue. Erick udah bangun dan lagi anteng nontonin TV, entah film apa. Gue ngajak Erick buat liat Car Free Day di sana. Ada apaan aja sih.

Bayangan gue akan Car Free Day ternyata beda dengan apa yang gue liat. Ini sih lebih ke pasar dadakan pagi hari yang mengambil tempat di dekat Gedung Sate. Gak ada unsur Car Free Day-nya karena jalan utama (Jl. Surapati, maybe?) masih lalu lalang kendaraan. Tapi gak apalah, toh gue ingin menikmati suasana pagi di Bandung.

Gue dan Erick menyusuri jalanan kecil yang mana ada banyak tukang dagang di kanan dan kiri. Mulai dari pakaian, mainan, sampai makanan. Gue masih liat-liat aja sambil terus jalan dan mampir ke Gasibu buat liat keramaian di sana.

Cukup ramai. Banyak orang yang sedang jogging di lintasan lari yang ada di sana. Sisanya ada yang beristirahat dan menyebrang ke tempat adanya pasar pagi dadakan itu. Baik gue dan Erick gak ikut lari karena banyaknya faktor penghambat. Dan emang gak niat sih. Jadinya kami balik lagi ke hotel setelah sebelumnya beli baju bekas dan bubur ayam buat sarapan.

Gue pernah nulis di artikel terpisah kalau gue suka beli barang second termasuk pakaian. Bisa dibaca di http://www.duniarenji.com/2017/03/berburu-barang-second.htm . Kemarin terjadi lagi. Ada dua lapak yang gue jajaki buat beli dagangannya. Satu lapak penjual kemeja flannel gue beli 2 buah seharga Rp. 60.000 sementara Erick yang awalnya gak mau beli pun  ikut beli 1 buah. Satu lagi lapak yang gue beli adalah lapak pakaian seharga Rp.10.000 all item. Sekelebat gue liat barang yang kayaknya cocok jadi langsung gue beli. Cuma ceban. Parkir mobil di mall juga bisa lebih mahal dari itu kalau lama mah. Ini dengan harga yang sama gue bisa dapet satu produk fashion.

Aya tiba ke hotel tepat saat kami semua sedang bersiap untuk menuju lokasi nobar. Biar bareng, katanya.

Foto sebelum berangkat

Berangkatlah kami ke lokasi dan sampai sekitar pukul setengah sepuluh. Dekat dengan lokasi ada suatu pemandangan yang menimbulkan tanda tanya bagi kami semua. Ada antrian di trotoar yang cukup panjang. Di ujungnya ada penjual sate, kalau gue gak salah. Gak gitu jelas tapi antriannya cukup tertib. Heran dong. Itu mereka antri apaan yah.. Kok sampai segitunya hanya untuk sebuah sate. Mengingat Bandung terkenal dengan kulinernya, rasanya keberadaan sate yang gue liat itu bukan sesuatu yang aneh. Malah mungkin akan menjadi hits pada waktunya.


Hari yang Ditunggu

Tempat untuk penyelenggaraan Nobar ini terletak di Gedung Bale Motekar, Jl Banda, tepat di samping Jonas Studio. Rombongan membagi tugasnya masing-masing. Penonton mulai berdatangan satu demi satu dan tepat jam 10.45 pintu ruangan dibuka. Jam 11.00 acara dimulai sampai jam 13.00 yang diakhiri dengan sesi foto bersama. Selama penayangan berlangsung kami ngobrol apapun dan jajan.

Foto bersama peserta  nobar sesi 1

Gue inget sempet beli lumpia basah bareng si Fifi. Beli es buah dan beli seblak titipan Aya. Es buahnya enak banget. Kuahnya ada 3 pilihan. Mau susu, sirsak, atau manga. Jadi kuahnya tuh pake jus buah gitu. Seger banget sampai-sampai si Hendra turun dan beli lagi. Sementara lumpia basahnya juga enak meskipun pedesnya biasa aja. Gue pernah makan lumpia basah waktu di Jatinangor bareng si Fifi dan rasanya kurang begitu enak sampai gak habis. Gue harus akuin kalau yang kemarin gue makan rasanya lebih enak. Gue belum tau sampai sejauh mana tingkatan enak dari makanan bernama lumpia basah itu.

Sesi 2 dimulai tepat jam 13.30. Pendaftarnya gak sebanyak di sesi 1 jadinya kursi kosong boleh diisi sama penonton di sesi 1 yang masih mau nonton. Bedanya mereka gak dapet goodies lagi. Vie dan temen-temen ikut di sesi 2. Yang bikin gue seneng sih adanya Paman Panji dan Mae yang bisa kumpul bareng lagi. Di sesi 2 ini sempet ada gangguan teknis karena hujan yang disertai geluduk.

Foto bersama peserta nobar sesi 2

Baso Bandung dan Photobox

Cuaca hujan bikin lapar. Fifi ngajak gue ke luar buat cari makan. Padahal ada resto di deket-deket lokasi yang bisa ditempuh dengan jalan kaki tapi pilihan jatuh ke tukang mie baso gerobakan. Gue pikir enak nih hujan-hujan makan mie baso. Hangat berkuah gitu. Belilah kami dan request buat bawa mangkoknya masuk ke Gedung tempat nobar soalnya gak ada tempat buat makannya. Kalaupun ada cuma ada kursi plastik standar yang bikin makan kurang nyaman. Gue makan lumayan buru-buru di suapan teakhir soalnya acara udah mau kelar dan gue harus naek lagi jadi MC.

Jadi MC dulu

Oh iya pas lagi cari makan itu gue dan Fifi mampir sejenak buat ke Jonas Studio. Katanya kan di situ ada photo box. Nah gue mau dong. Klasik gitu ya gak sih. Terakhir gue photo box itu tahun 2007. Udah lama banget. Gak tau fotonya pada ke mana. Nah sebagai sepasang kekasih kayaknya photo box itu sesuatu yang harus dilakukan saat berpacaran. Jadilah kami foto di sana. Untung prosesnya cepet. Satu lembar foto (beserta frame bahan karton) dilabeli seharga Rp.20.000 dengan desain foto sesuka kita dari 9 kali foto sewaktu di dalam studio. Kalau mau file softcopy-nya kita harus cetak 2 lembar nanti dikasih  melalui Bluetooth. Dari 9 pose yang terekam kami sepakat buat nyetak 4 pose.

Empat pose yang dipilih

Pasca Acara

Acara kelar dengan lumayan meriah karena adanya sesi foto bersama dan chit-chat bareng rekan-rekan. Memang sih banyak dari penonton Bandung yang langsung pulang. Padahal momen buat berbaur dan ngobrol-bgobrol itu sangat terbuka. Bukan apa-apa, biar ada ikatan silaturahmi yang kuat. Terus terang kemarin gue sama anak-anak sempet kecewa karena ngeliat antusiasme penonton Bandung dari yang kami kenal ternyata kurang. Nama-nama yang kami kenal gak pada nongol padahal dulu cukup aktif. Termasuk admin kami yang berada di Bandung. Hanya ada beberapa yang kami kenal. Kemarin kalau gak di-support sama temen-temen Jabodetabek yang meluncur ke Bandung khusus buat acara nobar mungkin kami gak akan bisa dapetin 2 sesi yang imbasnya ke besaran pengeluaran yang gak sebanding dengan pendapatan alias nombok.

Well secara umum gue senang dengan gelaran kemarin. Bisa ngadain nobar di tempat lain merupakan tantangan tersendiri. Untungnya semua berjalan cukup baik. Gue berharap masih bisa bikin acara di Bandung. Apalagi kemarin ada anak Bandung yang bersemangat buat bikin acara tribute dan ngajak LI buat terlibat. Yah gue sih ngedukung. Tinggal implementasinya aja.

Penutup

Secara pribadi gue cukup seneng bisa balik lagi ke Bandung. Di tulisan gue sebelumnya gue pernah bilang kalau gue akan ke Bandung lagi. Bisa dibaca di http://www.duniarenji.com/2018/07/akhir-pekan-di-bandung.html. Dari tulisan itu selama gue sama si Fifi kami udah 4 kali ke Bandung dalam kurun waktu kurang dari satu tahun. Doyan banget yah. Ahaha.

Dan kemarin terasa lebih istimewa karena selain si Fifi bisa melewati ulangtahun dengan rame-rame (dia ketawa terus btw gara-gara ngeliat kelakuan temen-temen L’Admin yang ajaib). Gue pun merasa seneng karena bisa ketemu sama temen-temen yang selalu support acara LI. Anak-anak L Community, Vie dkk, juga Mae. Duh, Mae tuh sesuatu karena dulu pernah ada kejadian dan ngeliat dia bisa ikut seneng-seneng bareng sambil ketemu temen-temennya bikin gue happy. Kebahagiaan dengan membahagiakan orang lain itu terasa lebih khidmat yah. Yah gak sih?

Terakhir gue mau ngucapin makasih buat rekan-rekan di L’Admin yang udah bekerja keras bikin acara ini. Juga kepada donator (kami dapat sumbangan doorprize berupa legging wudhu btw) dan Aya serta Fifi yang juga udah ngebantuin acara dan mau direpotin. Selamat datang di keluarga besar L’Admin. Semoga kita bisa bikin sesuatu yang lebih heboh dan bisa caper ke personil. Ya siapa tau kan dampaknya bikin mereka jadi mau datang lagi ke Indonesia.


NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
 

Delivered by FeedBurner