Facebook memiliki fitur memories yang mengingatkan aktivitas
yang kita lakukan pada tanggal yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Begitu
juga yang terjadi pada 12 April. Notifikasi di hp gue mengingatkan gue pernah
nulis status yang isinya besok (13 April) gue dan teman-teman akan pergi ke
Bandung. Itu enam tahun lalu. Kenangan itu lantas membuat gue sedikit kaget
karena di tahun 2019 ini gue akan pergi ke Bandung juga. Sungguh sebuah
momentum yang tepat dengan apa yang akan gue lakukan di tanggal yang sama.
Perjalanan
Enam tahun lalu, gue dan beberapa rekan pergi ke Bandung untuk jalan-jalan bersama teman dari komunitas L’Arc-en-Ciel Indonesia. Cerita selengkapnya bisa dibaca di link berikut :
Yang membedakan dengan tahun ini adalah tujuan serta
personil. Tujuan pergi ke Bandung kali ini untuk menyelenggarakan acara Nobar
bersama komunitas. Acara ini digelar pada hari Minggu sehingga gue dan rekan-rekan
memilih pergi di hari Sabtu untuk waktu yang lebih lama berada di Bandung.
Gue berangkat dari BSD jam 07.30. Ngaret 30 menit dari waktu
yang dijanjikan karena menunggu Dennis yang belum juga tiba. Setelahnya tim
yang beranggotakan Erick dan istri serta anaknya, Dennis, Ahmad, dan gue
berangkat menuju Bandung. Dennis merupakan satu-satunya orang dari BSD yang
juga ikut ke Bandung 6 tahun lalu. Selebihnya adalah orang-orang baru.
Perjalanan cukup lancar namun sedikit tersendat di tol imbas
dari adanya pengerjaan di ruas tol Cikampek. Mobil yang dikendarai Erick harus
menepi di Rest Area 49 karena kami kebelet pipis kemudian lanjut berhenti di Rest Area 57
untuk menjemput cewek gue, Fifi. Dari situ kami semua lanjut jalan sampai tiba
di Pasteur sekitar jam 12 siang.
Sampai di Bandung
Tujuan pertama adalah ke hotel untuk check in dan menyimpan barang-barang yang kami bawa. Juga untuk merebahkan diri dari rasa pegal akibat perjalanan. Tubuh yang sudah mulai memburuk dan daya tarik dari kasur di hotel seakan membuai kami untuk tidak melakukan apapun selain tiduran di kasur itu.
Hotel yang gue pesan adalah hotel Dealofia, kalau tidak
salah. Gue gak inget pastinya karena gue pesen pake Reddorz. Melalui aplikasi
tersebut gue sewa 3 kamar seharga kurang lebih 457.000 untuk tiga kamar. Harga
tersebut telah didiskon dengan menggunakan kode khusus yang gue dapet dari
seseorang. Lumayan, diskon 20%. Tanya gue kalau mau dapet kodenya.
Tiga kamar yang dipesan dibagi dengan pemisahan personil.
Dennis berbagi kamar dengan Ahmad. Yuuki berbagi kamar dengan Fifi, dan Erick
harus rela berbagi kasur dengan gue. Kamarnya cukup baik dan memenuhi
ekspektasi kami. Kamar yang ditempati Yuuki dan Fifi memakai type ranjang twin
bed. Hal ini gue maksudkan karena selain Yuuki bawa anak, gue khawatir cewek
gue gak bisa tidur kalau harus satu kasur bertiga dengan Yuuki dan Langit,
anaknya. Kamar yang ditempati ini memiliki luas yang sangat luas. Gue sih gak
tau pastinya. Tapi memang luas. Dibanding kamar gue dan kamar Dennis, kamar
anak-anak cewek menjadi yang terluas. Sementar kamar gue jadi yang tersempit.
Dennis punya kamar yang sedikit lebih luas dibanding punya gue. Gue pengen
cerita lebih banyak tentang hotel yang gue pakai namun rasanya perlu dibuat
tempat terpisah dari tulisan ini.
Kejutan di Alas Daun
Destinasi pertama di Bandung adalah pergi ke lokasi untuk
survey dan tes materi nobar. Lokasinya di Jalan Banda, gak jauh dari hotel tempat
kami menginap. Sesampainya di sana kami ternyata tidak bisa melakukan test
materi karena ruangan masih dipakai sehingga kami memutuskan untuk pergi
mencari makan lebih dahulu. Tadinya gue nawarin ke Bancakan yang ada di
Trunojoyo, gak jauh dari lokasi yang akan dipakai. Kebetulan Nasi Bancakan ini
adalah tempat di mana 6 tahun lalu gue ke sana. Tapi Fifi nawarin ke Alas
Daun yang juga berlokasi gak jauh dari tempat nobar. Berangkatlah kami ke sana.
Menurut cewek gue rumah makan Alas Daun ini harganya cukup
mahal. Terakhir kali dia ke sana adalah saat masa kuliah. Tapi setelah kami
tahu harganya ternyata masih relatif standar. Mungkin saat itu tergolong mahal
untuk kantong mahasiswa rantau seperti si Fifi.
Namanya aja Alas Daun, jadinya kami makan memang gak pake
piring. Hanya dikasih lembaran daun pisang sebagai ganti piring untuk makan. Pemilihan
menunya a la buffet di mana kita bisa milih menu yang kita suka dan nanti akan
dihangatkan kembali. Menu yang gue pilih saat itu sebatas nasi putih, perkedel,
dan ayam bakar. Sementara Fifi pilih nasi putih, ayam goreng, mendoan, dan
satu pot cah kangkung segar untuk dimakan beramai-ramai. Ahmad juga memesan
yang mirip. Begitu juga Erik dan Yuuki. Hanya Dennis yang makan dengan dua buah
nasi bakar, babat, dan lain-lain yang membuat dirinya menjadi yang paling
banyak makan di antara kami semua. Total belanja sekitar Rp. 360.000
Makan~ |
Hari itu si Fifi lagi ulang tahun. Tepat banget di hari itu.
Gak kurang gak lebih. Di Alas Daun terdengar lagu Jamrud yang berjudul Selamat
Ulang Tahun diputar dan seketika seakan menjadi soundtrack untuknya. Gue pikir,
ini siapa yah yang ulang tahun selain dia terus request diputerin lagu ini. Pas
lagi makanpun lagu itu diputer lagi. Sampai gue curiga jangan-jangan memang
lagu Jamrud itu diputer setiap beberapa menit sekali sehingga siapapun yang
berulangtahun nantinya akan merasa istimewa.
Sekenyangnya kami dari sana kami memutuskan untuk pergi ke
Alun-Alun.
Alun-Alun
Alun-Alun Bandung cukup sejuk saat itu. Maklum, habis hujan. Kami parkir di dekat
Jl Sukarno dan berjalan kaki ke arah Jl Asia Afrika sebelum melipir ke
Alun-Alun. Hendra, temen gue yang juga datang dari Jakarta ngajak ketemuan di
lokasi gue dan anak-anak berada. Yaudah dia nyusul ke Alun-Alun bareng Nada,
istrinya.
Nada yang motoin |
Gue ketemu sama Hendra dan Nada setelah beberapa saat karena menunaikan sholat Ashar terlebih dahulu. Dari tempat gue berdiri gue bisa liat Hendra, Dennis, dan Ahmad lagi main bola di rumput sintetis Alun-Alun. Aktivitas yang menarik jadi bikin gue pengen ikut buat maen bola. Bergabunglah gue sama mereka dan main sebentar sampai akhirnya kami harus memilih antara lanjut ke lokasi Nobar atau balik ke hotel buat istirahat. Hendra ngajak kami buat ke Jumbo, tempat makan gitu. Usulan diterima tapi kami harus balik dulu ke hotel, kata kami. Yang terjadi berikutnya adalah kami semua ke hotel sementara Hendra dan Nada dengan kendaraan terpisah akan menyusul setelahnya.
Hotel Menjelang Maghrib
Sebenarnya setelah sampai di hotel kami merasa cukup lelah. Bisa jadi karena
faktor cuaca pasca hujan, kekenyangan, atau imbas perjalanan dari Tangerang dan
aktivitas main bola di Alun-Alun. Yang manapun itu, tidur merupakan sesuatu
yang amat menggoda.
Sants |
Para perempuan kami taruh di kamar Yuuki dan Fifi sementara
Hendra kami ajak ke kamar Dennis dan Ahmad. Gue balik ke kamar dan tiduran
sementara yang perempuan sedang mencari resto yang akan dikunjungi. Rombongan
Jakarta lainnya yang terdiri dari Vie, Rizq, dan Atas pun sudah sampai di
Bandung sehingga acara kumpul bersama akan semakin ramai. Tujuan kami saat itu
adalah antara Jumbo rekomendasi Hendra, sebuah resto Korea di Surapati
rekomendasi Aya dan Nada, serta keragu-raguan Vie dkk dengan menanyakan apakah
Justus Steak merupakan tempat yang enak dan bagus atau tidak. Pilihannya jatuh
ke Jumbo yang ternyata tidak jauh dengan lokasi nobar.
Lebih Lengkap di Jumbo Eatery
Sebanyak 12 orang dewasa dan 1 anak kecil tampak ceria
bertukar cerita sambil bertukar rasa berkat dua menu porsi besar yang dimakan
bersama-sama. Total belanja saat itu sekitar Rp. 750.000. Dalam kesempatan itu
kami bercerita mengenai apapun. Kesempatan untuk kumpul bersama dalam jumlah
banyak bersama orang-orang yang cukup dekat merupakan sesuatu yang langka. Gue
bersyukur saat itu bisa kumpul cukup banyak sehingga silaturahmi tetap terjaga
sambil berharap momen seperti ini bisa terus terulang.
Makan~ |
Akhir dari sebuah cerita pertemuan ini adalah dengan
mengadakan lemon bites challenge. Sebenernya ini dadakan aja. Kebetulan di minuman
yang kami pesan (kami pesan 1 pitcher besar) ada irisan lemon cukup banyak.
Peserta terdiri dari gue, Dennis, Aya, Hendra, dan Vie. Harus diakui bahwa
lemon yang ada sudah gak murni karena tercampur dengan minuman yang ada. Kurang
asem men. Meskipun begitu di gigitan terakhir gue harus menyerah mengingat
after taste yang cukup buruk. Sebuah rasa yang cenderung pahit, bukan asam. Karenanya
gue menyerah.
Menikmati Pagi
Minggu, 14 April 2019.
Sempat mendengar bahwa di hari Minggu nanti tempat gue bakal
ramai oleh kegiatan Car Free Day. Lokasi yang amat strategis karena berdekatan dengan
Gedung Sate menjadi keuntungan buat gue. Erick udah bangun dan lagi anteng
nontonin TV, entah film apa. Gue ngajak Erick buat liat Car Free Day di sana.
Ada apaan aja sih.
Bayangan gue akan Car Free Day ternyata beda dengan apa yang
gue liat. Ini sih lebih ke pasar dadakan pagi hari yang mengambil tempat di
dekat Gedung Sate. Gak ada unsur Car Free Day-nya karena jalan utama (Jl.
Surapati, maybe?) masih lalu lalang kendaraan. Tapi gak apalah, toh gue ingin
menikmati suasana pagi di Bandung.
Gue dan Erick menyusuri jalanan kecil yang mana ada banyak
tukang dagang di kanan dan kiri. Mulai dari pakaian, mainan, sampai makanan. Gue masih
liat-liat aja sambil terus jalan dan mampir ke Gasibu buat liat keramaian di
sana.
Cukup ramai. Banyak orang yang sedang jogging di lintasan
lari yang ada di sana. Sisanya ada yang beristirahat dan menyebrang ke tempat
adanya pasar pagi dadakan itu. Baik gue dan Erick gak ikut lari karena
banyaknya faktor penghambat. Dan emang gak niat sih. Jadinya kami balik lagi ke
hotel setelah sebelumnya beli baju bekas dan bubur ayam buat sarapan.
Gue pernah nulis di artikel terpisah kalau gue suka beli
barang second termasuk pakaian. Bisa dibaca di http://www.duniarenji.com/2017/03/berburu-barang-second.htm . Kemarin terjadi lagi. Ada dua lapak yang gue
jajaki buat beli dagangannya. Satu lapak penjual kemeja flannel gue beli 2 buah
seharga Rp. 60.000 sementara Erick yang awalnya gak mau beli pun ikut beli 1 buah. Satu lagi lapak yang gue
beli adalah lapak pakaian seharga Rp.10.000 all item. Sekelebat gue liat barang
yang kayaknya cocok jadi langsung gue beli. Cuma ceban. Parkir mobil di mall
juga bisa lebih mahal dari itu kalau lama mah. Ini dengan harga yang sama gue
bisa dapet satu produk fashion.
Aya tiba ke hotel tepat saat kami semua sedang bersiap untuk
menuju lokasi nobar. Biar bareng, katanya.
Berangkatlah kami ke lokasi dan sampai sekitar pukul setengah sepuluh. Dekat dengan lokasi ada suatu pemandangan yang menimbulkan tanda tanya bagi kami semua. Ada antrian di trotoar yang cukup panjang. Di ujungnya ada penjual sate, kalau gue gak salah. Gak gitu jelas tapi antriannya cukup tertib. Heran dong. Itu mereka antri apaan yah.. Kok sampai segitunya hanya untuk sebuah sate. Mengingat Bandung terkenal dengan kulinernya, rasanya keberadaan sate yang gue liat itu bukan sesuatu yang aneh. Malah mungkin akan menjadi hits pada waktunya.
Foto sebelum berangkat |
Berangkatlah kami ke lokasi dan sampai sekitar pukul setengah sepuluh. Dekat dengan lokasi ada suatu pemandangan yang menimbulkan tanda tanya bagi kami semua. Ada antrian di trotoar yang cukup panjang. Di ujungnya ada penjual sate, kalau gue gak salah. Gak gitu jelas tapi antriannya cukup tertib. Heran dong. Itu mereka antri apaan yah.. Kok sampai segitunya hanya untuk sebuah sate. Mengingat Bandung terkenal dengan kulinernya, rasanya keberadaan sate yang gue liat itu bukan sesuatu yang aneh. Malah mungkin akan menjadi hits pada waktunya.
Hari yang Ditunggu
Tempat untuk penyelenggaraan Nobar ini terletak di Gedung
Bale Motekar, Jl Banda, tepat di samping Jonas Studio. Rombongan membagi
tugasnya masing-masing. Penonton mulai berdatangan satu demi satu dan tepat jam
10.45 pintu ruangan dibuka. Jam 11.00 acara dimulai sampai jam 13.00 yang
diakhiri dengan sesi foto bersama. Selama penayangan berlangsung kami ngobrol
apapun dan jajan.
Foto bersama peserta nobar sesi 1 |
Gue inget sempet beli lumpia basah bareng si Fifi. Beli es
buah dan beli seblak titipan Aya. Es buahnya enak banget. Kuahnya ada 3
pilihan. Mau susu, sirsak, atau manga. Jadi kuahnya tuh pake jus buah gitu. Seger
banget sampai-sampai si Hendra turun dan beli lagi. Sementara lumpia basahnya
juga enak meskipun pedesnya biasa aja. Gue pernah makan lumpia basah waktu di
Jatinangor bareng si Fifi dan rasanya kurang begitu enak sampai gak habis. Gue
harus akuin kalau yang kemarin gue makan rasanya lebih enak. Gue belum tau
sampai sejauh mana tingkatan enak dari makanan bernama lumpia basah itu.
Sesi 2 dimulai tepat jam 13.30. Pendaftarnya gak sebanyak di
sesi 1 jadinya kursi kosong boleh diisi sama penonton di sesi 1 yang masih mau
nonton. Bedanya mereka gak dapet goodies lagi. Vie dan temen-temen ikut di sesi
2. Yang bikin gue seneng sih adanya Paman Panji dan Mae yang bisa kumpul bareng
lagi. Di sesi 2 ini sempet ada gangguan teknis karena hujan yang disertai geluduk.
Foto bersama peserta nobar sesi 2 |
Baso Bandung dan Photobox
Cuaca hujan bikin lapar. Fifi ngajak gue ke luar buat cari
makan. Padahal ada resto di deket-deket lokasi yang bisa ditempuh dengan jalan
kaki tapi pilihan jatuh ke tukang mie baso gerobakan. Gue pikir enak nih
hujan-hujan makan mie baso. Hangat berkuah gitu. Belilah kami dan request buat
bawa mangkoknya masuk ke Gedung tempat nobar soalnya gak ada tempat buat
makannya. Kalaupun ada cuma ada kursi plastik standar yang bikin makan kurang
nyaman. Gue makan lumayan buru-buru di suapan teakhir soalnya acara udah mau
kelar dan gue harus naek lagi jadi MC.
Jadi MC dulu |
Oh iya pas lagi cari makan itu gue dan Fifi mampir sejenak
buat ke Jonas Studio. Katanya kan di situ ada photo box. Nah gue mau dong.
Klasik gitu ya gak sih. Terakhir gue photo box itu tahun 2007. Udah lama
banget. Gak tau fotonya pada ke mana. Nah sebagai sepasang kekasih kayaknya
photo box itu sesuatu yang harus dilakukan saat berpacaran. Jadilah kami foto
di sana. Untung prosesnya cepet. Satu lembar foto (beserta frame bahan karton)
dilabeli seharga Rp.20.000 dengan desain foto sesuka kita dari 9 kali foto
sewaktu di dalam studio. Kalau mau file softcopy-nya kita harus cetak 2 lembar
nanti dikasih melalui Bluetooth. Dari 9 pose yang terekam kami
sepakat buat nyetak 4 pose.
Pasca Acara
Acara kelar dengan lumayan meriah karena adanya sesi foto
bersama dan chit-chat bareng rekan-rekan. Memang sih banyak dari penonton
Bandung yang langsung pulang. Padahal momen buat berbaur dan ngobrol-bgobrol
itu sangat terbuka. Bukan apa-apa, biar ada ikatan silaturahmi yang kuat. Terus
terang kemarin gue sama anak-anak sempet kecewa karena ngeliat antusiasme
penonton Bandung dari yang kami kenal ternyata kurang. Nama-nama yang kami
kenal gak pada nongol padahal dulu cukup aktif. Termasuk admin kami yang berada
di Bandung. Hanya ada beberapa yang kami kenal. Kemarin kalau gak di-support
sama temen-temen Jabodetabek yang meluncur ke Bandung khusus buat acara nobar
mungkin kami gak akan bisa dapetin 2 sesi yang imbasnya ke besaran pengeluaran
yang gak sebanding dengan pendapatan alias nombok.
Well secara umum gue senang dengan gelaran kemarin. Bisa
ngadain nobar di tempat lain merupakan tantangan tersendiri. Untungnya semua
berjalan cukup baik. Gue berharap masih bisa bikin acara di Bandung. Apalagi
kemarin ada anak Bandung yang bersemangat buat bikin acara tribute dan ngajak
LI buat terlibat. Yah gue sih ngedukung. Tinggal implementasinya aja.
Penutup
Secara pribadi gue cukup seneng bisa balik lagi ke Bandung.
Di tulisan gue sebelumnya gue pernah bilang kalau gue akan ke Bandung lagi. Bisa dibaca di http://www.duniarenji.com/2018/07/akhir-pekan-di-bandung.html. Dari tulisan itu selama gue sama si Fifi kami udah 4 kali ke Bandung dalam
kurun waktu kurang dari satu tahun. Doyan banget yah. Ahaha.
Dan kemarin terasa lebih istimewa karena selain si Fifi bisa
melewati ulangtahun dengan rame-rame (dia ketawa terus btw gara-gara ngeliat
kelakuan temen-temen L’Admin yang ajaib). Gue pun merasa seneng karena bisa
ketemu sama temen-temen yang selalu support acara LI. Anak-anak L Community,
Vie dkk, juga Mae. Duh, Mae tuh sesuatu karena dulu pernah ada kejadian dan
ngeliat dia bisa ikut seneng-seneng bareng sambil ketemu temen-temennya bikin
gue happy. Kebahagiaan dengan membahagiakan orang lain itu terasa lebih khidmat
yah. Yah gak sih?
Terakhir gue mau ngucapin makasih buat rekan-rekan di
L’Admin yang udah bekerja keras bikin acara ini. Juga kepada donator (kami
dapat sumbangan doorprize berupa legging wudhu btw) dan Aya serta Fifi yang
juga udah ngebantuin acara dan mau direpotin. Selamat datang di keluarga besar
L’Admin. Semoga kita bisa bikin sesuatu yang lebih heboh dan bisa caper ke
personil. Ya siapa tau kan dampaknya bikin mereka jadi mau datang lagi ke Indonesia.