-->

Rabu, 14 Agustus 2019

Bernostalgia Lewat Konser Westlife



Perlu waktu nyaris 20 tahun buat gue bisa ngeliat Westlife secara langsung. Kemarin, tepat pada tanggal 6 Agustus 2019 di ICE BSD, gue berhasil datang pada lawatan mereka dalam konser bertajuk TWENTY Tour. Sebuah tour reuni pasca vakum bertahun lamanya. Dalam kesempatan ini, gue mau berbagi cerita atas apa yang gue alami dan rasakan.

Pembuka

Seperti halnya para anak-anak yang lahir di era 90an, Westlife sudah tentu menjadi bagian dari fenomena pada masanya. Begitu juga dengan yang gue alami. Fenomena Westlife membuat gue yang masih SD nabung ngumpulin duit untuk beli VCD Westlife di pinggir jalan seharga Rp. 10.000. Kebahagiaan kecil itu datang dari VCD bajakan yang gue beli. Pada masa itu gue gak tau di mana harus beli hal-hal yang bukan konsumsi umum anak SD.

Westlife beberapa kali konser di Indonesia. Termasuk ketika konser perpisahan di 2011. Dari semua lawatan itu gak sekalipun konser yang gue datangi. Begitu tahu mereka comeback dan akan mampir ke Jakarta untuk konser, gue memutuskan untuk menjadi bagian dari konser tersebut. Sebagai penonton. Untuk bernostalgia ke masa-masa di mana lagu itu ada di hidup gue, dan untuk membuat kenangan agar kelak gue bisa mengingat kenangan itu dan menikmatinya.


Berburu Tiket

Gue datang ke lokasi sekitar jam 12 siang. Hal ini dikarenakan gue mau ambil tiket terlebih dahulu ke orang yang jual jasa titip tiket. Beneran deh. Saat itu susah banget cari tiket yang gue mau. Gue emang niat di kategori Silver, kategori termurah. Berharap dapet di presale, tapi ternyata gak dapet. Bahkan pembelian normalpun gak dapet. Gila rame banget ticket war saat itu. Tau-tau udah sold out padahal gue udah nunggu lama sebelum waktu perebutan tiket dibuka. Saking ramenya, promotor Full Color Party ngadain 1 show tambahan di tanggal 6. Kesempatan itu gue pakai buat ticket war lagi. Tapi, nihil. Gue gak dapet. Anjir. Kecewa lah gue. Gak ngerti sih, tapi beli tiket konser di tiket.com itu bikin pengalaman buruk sih buat gue pribadi. Susah dapetnya.

Dengan sedikit usaha di Twitter, gue dipertemukan dengan salah seorang jastip yang akhirnya gue setujui. Dia ambil fee Rp.100.000 dari masing-masing tiket. Jujur, gue khawatir jadi korban penipuan yang memanfaatkan momen ini. Tapi setelah gue kepoin akunnya dan sedikit stalking di Google, rasanya namanya cukup aman. Belilah gue ke dia. Saat dia kasih e-ticket lengkap dengan wanti-wanti dan akses kontak dari semua media sosial beserta nomor telepon pribadinya, gue sedikit tenang kalau orang ini aman.

Tiba di Venue

Waktu menunjukkan pukul 16.50 saat gue sampai di venue. Banyak penonton yang udah mengantri. Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan barang bawaan dan juga body checking. Segala jenis minuman dan makanan yang ada disita oleh petugas. Antrian dibedakan berdasarkan kategori tiket. Pada akhir antrian gue dikasih kartu dengan seating number dan ciri berwarna ungu. Gue dapet nomor K-43 dan K-44. Gue pikir dengan adanya seating number kayak gini apakah nanti di dalem akan rusuh yah? Maksudnya apakah nanti ada orang-orang yang bakal duduk seenaknya di kursi yang bukan haknya. Oh, gue nonton sama Sofia, temen gue yang udah sering gue ceritain di beberapa tulisan gue sebelumnya. Dia digital artist gitu. Kalian bisa lihat karya-karya kerennya di @kucingkecil_cabin.

Gue sama Sofie megang kartu Silver


**

Di dalam hall antrian ramai hampir di semua tempat kecuali booth merchandise. Photobooth, booth makanan, gate, dan toilet sama-sama panjang dengan antrian. Gue cukup heran dengan penonton yang ngantri di kategori Silver dan mungkin Gold, yang rela antri di depan pintu gate sebelum gate itu dibuka. Untuk memastikannya, gue tanya ke penjaga yang ada. Kata dia tenang aja karena ada seating number di kartu jadi sebaiknya keliling dulu aja. Okelah gue keliling buat ngabisin waktu di luar. Toh di dalem juga mainnya masih lama.

Gue mampir ke booth merchandise official. Kebetulan gue kenal sama mereka karena beberapa kali kerjasama buat komunitas gue. Gue sapa Mbak Anin dan kami sempet salaman. Hubungan gue dan Merchmaniacs selaku pihak yang nyaris selalu dipercaya buat pegang merchandise official konser musisi luar negeri yang konser di Indonesia berlangsung baik sampai saat ini. Sudah 5 tahun lamanya ternyata.

Difotoin pas lagi transaksi

Anyway gue beli dua merchandise yaitu rubber band sama kayak ID gitu. Lupa namanya apa. Ini juga titipan temen gue yang gak jadi nonton karena mood-nya lagi gak oke. Tadinya gue sempet menolak untuk dititipin karena pasti antrian merchandise bakal rame banget. Pengalaman sebelum-sebelumnya hampir selalu begitu. Konser L’Arc-en-Ciel, Bon Jovi, Metallica, dan juga Guns n Roses adalah beberapa nama band yang pernah gue liat langsung kalau antrian merchandise-nya panjang banget. Karena pas gue liat booth merchandise sepi jadilah gue beliin. Oh iya, tim merchandise juga keliling di hall buat nawarin ke penonton yang males ke booth atau udah terlanjur antri buat photo booth. Sebuah siasat yang berpotensi menaikkan angka penjualan.

Gue sendiri akhirnya ngantri buat ikut photobooth dari Tiket.com. Selain dari tiket.com ada juga photobooth berbayar dengan konsep 180° dengan stand banner personil Westlife. Kita perlu bayar sebesar Rp. 50.000 untuk satu kali gaya dan kita dikasih 1 softcopy. Sementara kalau kita foto biasa bayar Rp.25.000 dan dikasih 1 lembar hardcopy. Tapi si Sofi bilang kalau booth di sini jelek karena pencahayaannya yang bikin muka personil Westlife jadi bersinar akibat pantulan dari dua standing lamp yang dipasang di situ.

Tuh jelek kan

Ngantrilah kami di stand tiket.com. Photo di sini gratis. Cukup login pakai akun kita. Ada mbak-mbak SPG kece yang senantiasa nyamperin yang antri untuk dibantu membuatkan akun atau sebatas login karena sinyal di sana jelek banget. Gue sempet ninggalin temen gue buat ke toilet. Gila, ada kali setengah jam gue ngangtri di toilet portable yang ada di luar. Balik lagi ke lokasi ternyata antrian gue udah maju lumayan jauh sehingga giliran kami semakin dekat. Nyaris panik karena penonton dari dalam area konser teriak sampe kedengeran ke kami yang lagi antri. Beberapa yang lagi antri langsung ninggalin antrian dan berlari ke gate untuk masuk ke kursi masing-masing. Gue pikir pasti masih lama karena di e-ticket tertulis acara dimulai jam 20.15 sementara pas kejadian itu masih jam 20.05. Cukup kok, pikir gue.


Gue antri dari sini. Panjang banget.

Gue sama Sofi pose tiga kali dan minta dua copy buat masing-masing. Nah asik kan. Jadi kita dikasih dua lembar foto dengan 3 pose yang tadi diambil. Kata masnya kalau mau softcopy-nya silakan tulis email kita. Gue pun mengisi list itu dan beneran lho dikirimin sama mereka ke email gue setelah konser berakhir dengan hasil yang memuaskan. Wah gue mesti makasih banget sama tiket.com karena udah bikin booth yang asik, syarat mudah, dapat soft dan hardcopy, dan free.

Foto soft copy-nya bagus.

Konser

Masuk secara tergesa karena kehebohan penonton ketika gue ngantri bikin gue mesti sedikit berlari. Untungnya ada petugas yang bantuin ngarahin ke kursi gue. Kursi yang gue dapet lumayan cukup tengah. Dan kekhawatiran gue tentang kursi yang diambil penonton lain ternyata gak terjadi. Kursi gue kosong. Kami duduk di situ sementara sisi kiri dan kanan udah terisi oleh penonton lain.

Dalam penilaian pribadi, momen ketika lampu dipadamkan adalah momen paling mendebarkan karena acara akan dimulai. Begitupun di konser Westlife. Debaran yang sama masih bertalu tatkala lampu dimatikan dan penonton mulai histeris, tanda bahwa konser akan dimulai meski telat 10 menit dari jadwal.

Konser dimulai dengan dinyanyikannya lagu Indonesia Raya yang dipimpin oleh penyanyi Delon. Entah perasaan gue aja atau emang iya yah,, pas awal lagu itu Delon sering ketinggalan sama musiknya. Balap-balapan. Gue inget kalau penonton di sebelah kanan gue juga mengerenyitkan dahi dan kami bertatapan karena merasa ada yang ganjil. Tampaknya memang ada ketidakharmonisan di awal lagu.

Westlife yang ditunggupun akhirnya muncul dengan lagu pembuka yang menandai bangkitnya Westlife pasca hiatus sekian tahun lamanya. Lagu berjudul Hello My Love sangat pas untuk dijadikan pembuka. Selanjutnya disusul oleh Swear It Again. Di lagu kedua ini Westlife sudah mengajak penonton untuk bernyanyi. Selanjutnya lagu-lagu hits mereka dibawakan. Termasuk If I Let You Go, Fool Again, dan banyak lagi. Sebelumnya gue dapet bocoran tentang setlist yang dibawakan sehingga sebagian besar penonton udah mengantisipasi  dan mungkin sambil menghafal lirik lagunya. Termasuk gue.

Sama persis


Salah satu yang bikin gue kaget adalah Westlife meng-cover lagu Queen secara medley. Di list bocoran yang tersebar memang ada tulisan 'Queen Medley'. Gue pikir itu lagu judul lagu mereka. Ha ha ha.. Setidaknya ada 4 lagu yang gue inget yaitu Radio Ga Ga, Don’t Stop Me Now, We Will Rock You, dan We Are The Champion. Selain medley lagu Queen, Westlife juga melakukan medley lagu-lagu hits lain seperti No No, Seasons In The Sun, I Lay My Love on You, dan Unbreakable dengan porsi yang lebih santai. Medley kedua ini diiringi juga dengan canda tawa para personil dan interaksi dengan penonton. Banyak momen lucu terjadi dan baik Westlife maupun penonton sama-sama tertawa.

Kejutan paling menggemaskan adalah ketika mau masuk lagu Better Man. Di lagu ini Westlife mengajak satu orang penonton secara random untuk diajak ke atas panggung. Mending kalau sebatas diajak nyanyi, ini mah lebih. Kalau gue ceritain pasti banyak yang iri. Ya gimana gak. Cewek yang beruntung itu dipeluk Shane dan personil lain, direkamin video pakai handphone si cewek, diajak dansa sama Nicky, dan dinyanyiin sambil berlutut. Gila sih ini. Penonton pada histeris. Termasuk gue yang gemes aja liatnya. Saking gemesnya gue mukul-mukul penonton di sebelah kanan gue yang gue gak kenal. Ya ampun maaf ya kak.

Ya karena gue tau gimana rasanya menjadi fans. Diperlakukan seperti itu oleh idola jelas menjadi momen bahagia sepanjang hidup. Dan,dilakukan di depan penonton lain. Bukankah itu sebuah kebanggaan?

Westlife bahkan mengantar si cewek dan menuntunnya ketika hendak turun panggung. Dia betul-betul diperlakukan sebagaimana wanita seharusnya diperlakukan. Dan Westlife tau gimana caranya untuk membuat suasana meriah. Kudos!

Ada dua lagu yang disiapkan sebagai encore. You Raise Me Up tampil memukau dengan kontribusi penonton yang ngasih cahaya lewat handphone. Ada project namanya Spectrum Project. Project ini ngajak kita pasang lampu berwarna berdasarkan kategori tiket kita. Dan itu sukup berhasil pas gue liat. Bahkan dipuji juga sama Westlife. Lalu tepat setelah lagu You Raise Me Up, Westlife pamit dan lampu dipadamkan. Beberapa penonton terlihat meninggalkan ruangan. Gue masih bertahan karena tau ini cuma siasat aja. Betul aja. Ada dua lagu encore yang dibawain yaitu Flying Without Wings dan World of Our Own. Setelah itu konser betulan berakhir dengan ditandai lampu venue yang dinyalakan dan ada suara dari MC yang menandakan konser telah berakhir.

Foto sebelum keluar

Ulasan

Tau gak, setelah konser berakhir ternyata banyak kekecewaan penonton terhadap promotor acara. Beritanya rame di Twitter dan sempet dimuat di media-media utama seperti Kompas. Hal yang banyak dikeluhkan adalah tentang panggung yang kecil dan adanya layar hitam besar membentang sehingga tidak layak untuk ditonton sementara penonton sudah bayar mahal tapi kurang bisa (atau bahkan gak bisa) menikmati konser. Selain masalah kain hitam, masalah lain yang dikeluhkan adalah tata letak kursi Platinum (atau Diamond, lupa) yang dianggap gak sesuai layout seperti yang diperlihatkan pada e-flyer acara. Gue kurang tau tentang itu karena gue berada di kelas Silver, kasta terendah. Saking kuatnya komentar netizen dan penonton yang gak puas, promotor sampai harus menonaktifkan kolom komentar di Instagram. Sebuah tindakan yang gak ksatria dan cenderung pengecut walaupun cukup strategis mengingat mereka masih ada show di 4 kota lain yaitu Palembang, Yogyakarta, dan Semarang.

Fullcolor Party selaku promotor yang ngebawa Westlife ke sini sangat terlihat ingin meraih untung sebanyak mungkin. Bisa dilihat dari sepinya promosi di sekitaran ICE BSD yang menjadi venue acara. Gak ada umbul-umbul, banner besar atau media promo lain di situ. Mungkin mereka gak mikirin itu karena tiket seluruhnya telah habis terjual. Selain mengurangi biaya produksi, tim Fullcolor Party juga jualan air minum. Gue kurang tau ini monopoli atau gak, tapi memang mereka jualan air minum Prim-a ukuran 330 ml dengan harga Rp.10.000 perbotol. Ada dua booth yang jualan air. Jadi yang jualan adalah tim mereka, bukan perusahaan air minum itu. Dari jualan minum aja udah bisa dilihat berapa keuntungan perbotolnya. Entah yah di stand makanan lain ada yang jual air putih juga atau gak. Kalau ternyata booth makanan itu gak jual air putih, berarti keuntungan promotor makin gede dong yah. Kan gak ada kompetitor.

Selama konser berlangsung gue dipuaskan oleh tampilan visual yang menggugah mata. Diiringi dengan tata cahaya yang juga tepat di beberapa momen tertentu sehingga tiap lagu terasa bernyawa. Dari tempat gue duduk suara cukup lumayan nyaman meskipun gak bagus banget. Fungsi kain hitam di pinggir selain untuk menutupi tembok juga memiliki fungsi sebagai media perambatan suara sehingga suara dari depan bisa sampai ke belakang. Tapi sependengaran gue hal itu gak banyak ngebantu. Jadi gue gak bisa bilang sound-nya bagus.

Lighting-nya bagus. Pic by suara.com

Lain lagi tentang musik yang dimainkan. Tadinya gue mengira mereka akan tampil minus one. Tapi setelah gue amati di lagu kedua (Swear It Again) ternyata gue salah. Mereka bawa full band mereka sendiri. Gue amat menikmati itu karena akan terasa perbedaan mendengar dari album dengan mendengar langsung. Oh, gue jadi keinget kalau Nicky atau Kian, lupa, maen solo gitar pakai gitar beneran pas di lagu Uptown Girl kali yah,, lupa..

Personil Westlife sendiri terlihat bahagia saat tampil di sana. Mereka jauh dari kesan sempurna. Tapi mereka tau gimana caranya bersenang-senang dan membuat penonton turut serta bersamanya. Ada adegan mereka nari tapi gerakannya gak sama. Mark kalau gak salah. Tapi Mark habis itu ketawa dan sadar kalau dia beda dengan yang lain. Gerakan gak seragamnya mereka justru bikin gue sadar bahwa mereka melakukan itu untuk bersenang-senang dan gak terbebani. Yang membuat mereka menjadi sangat terlihat manusiawi, ada salahnya. Saat itu gue ngebayangin sekaligus negbandingin dengan boyband Korea misalnya. Ada pertanyaan yang muncul seperti “Kira-kira anak-anak Korea itu terbebani gak yah?” Soalnya dalam pandangan gue boyband Korea itu dance-nya betul-betul seragam. Gak tau deh itu latihannya berapa lama dan seberapa keras.

Shane memang personil favorit gue. Mungkin karena dia lead vocal yah. Malam itu justru credit besar gue lempar ke Mark yang suaranya tinggi tapi juga punya power. Serius deh. Kalau denger langsung pasti kita bakal dengan mudah dibikin salut sama Mark.

Mark emang mantap. Pic by liputan6.com


Kesimpulan

Kesimpulan dari seluruh gelaran ini adalah Westlife berhasil membawa gue bernostalgia dan nyanyi bareng karena lagu-lagu yang dibawakan memang lagu-lagu hits mereka. Kalau ada kesempatan lagi, gue pengen banget nonton mereka lagi. Semoga ketika mereka kembali ke Jakarta, promotornya bisa lebih baik sehingga gak menimbulkan negative vibes pasca konser. Gue cukup heran kenapa promotor lawas atau yang udah punya nama gak ada yang mau ambil Westlife dan malah dapet sama Fullcolor Party ini. Padahal kalau dilihat dari market-nya kan bakal menguntungkan sekali.

Lagu-lagu Westlife memang udah jadul. Tapi bukan berarti lagunya mati. Justru ketika lagu itu kita denger di 20 tahun kemudian maka akan ada kenangan yang kembali muncul. Ini bisa terjadi karena kita dan lagu-lagu itu telah tumbuh bersama sehingga ada rasa keterikatan antara keduanya. Gak cuma dengan lagu Westlife, tapi lagu apapun yang pernah nemenin kita di berbagai suasana. Waktu kehujanan, waktu kangen, masa sekolah, dan masa-masa lainnya. Semua itu akan membentuk kenangan. Satu-satunya cara terbaik untuk menemukan kenangan itu adalah dengan memutarbalik waktu melalui media perantara. Musik adalah salah satunya. Jadi, selamat menua dan ciptakanlah lebih banyak kenangan dan nikmatilah.




NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
 

Delivered by FeedBurner